unescoworldheritagesites.com

Buku Ini Aku Pinjam - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi, Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Industri penerbitan, terutama buku kini hampir sama nasibnya dengan
koran, terutama yang cetak. Padahal, buku berperan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa.

Di sisi lain, industri penerbitan terancam minat maca yang meredup. Padahal, membaca adalah salah satu hal penting dalam hidup dan kehidupan sehingga buku sebagai ‘alat  peraga’ keperilakuan membaca secara tidak langsung merupakan jendela dunia yang membuka wawasan global dan pastinya akan meningkatkan pengetahuan. Bukankah surah pertama di ajaran Islam yaitu Al-Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sangat penting mengajarkan untuk ‘membaca’.

Urgensi dibalik pesan surah itu mengandung makna konkret bahwa manusia diwajibkan ‘membaca’ karena semesta ini sangat luas dan majemuk sehingga yang dimaksud untuk ‘membaca’ bukan hanya yang tersirat (menggunakan dalil aqli) tetapi juga yang tersurat (menggunakan dalil naqli). Oleh karena itu, hakikat dari membaca sejatinya merupakan
perintah penting dalam hidup dan kehidupan, termasuk dalam keseharian di era now.

Baca Juga: Berharap Peran Pasar Modal

Harfiah terkait surah itu: Iqra' bismi rabbikal-lażī khalaq(a) (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!), Khalaqal-insāna min 'alaq(in) (Dia menciptakan manusia dari segumpal darah), Iqra' wa rabbukal-akram(u) (Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia), Allażī 'allama bil-qalam(i) (yang mengajar (manusia) dengan pena), 'Allamal-insāna mā lam ya'lam (Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).

Perintah surah tersebut mengajarkan betapa pentingnya memahami semesta ini karena di kehidupan sejatinya masih ada banyak hal yang harus dieksplorasi dan dieksploitasi agar manusia semakin menyadari betapa kecilnya kekuatan yang dimiliki. Artinya, Tuhan itu sebagai Sang Pencipta memang memiliki kekuasan yang sangat besar sehingga tidaklah
semua langsung diberikan kepada ciptaannya untuk bisa langsung dikonsumsi dan atau dinikmati, tapi ada juga yang harus melalui proses produksi lanjutan. Padahal, proses itu jelas sangat membutuhkan pengetahuan yang harus dicapainya dengan belajar dan yang pasti tahapan belajar tidak bisa terlepas dari kepentingan untuk terus membaca buku.

Membaca buku bukan sekedar mengetahui apa saja yang harus dipelajari, tapi kehausan  dalam memandang hidup dan kehidupan ini hanya akan dapat ‘terobati’ dengan semakin banyak membaca buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Artinya minat baca justru menjadi bagian penting dibalik problem penerbitan.

Baca Juga: Kualitas Pangan

Padahal, perilaku membaca menjadi tantangan di era now karena ketersediaan informasi yang semakin melimpah. Di sisi lain fakta memberi gambaran betapa di era now perilaku membaca semakin berkurang dan tergantikan dari kehadiran gadget. Memang belum sepenuhnya pudar tetapi perlahan ada kecenderungan minat baca meredup dan ini merupakan tantangan yang tidak mudah dan komplek, apalagi mata rantai penerbitan buku di era now semakin pelik dan mahal.

Fakta menegaskan bahwa satu per satu penerbit dan percetakan telah bangkrut dan fakta ini selaras dengan era perkembangan media cetak yang mulai digantikan dan tergantikan oleh dunia online. Situasinya justru diperparah oleh perkembangan internet yang saat ini tarifnya
semakin murah, aksesnya semakin cepat dan kehadirannya menyasar ke semua daerah, tidak hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan, termasuk juga akses wifi yang di era now semakin menjadi kebutuhan, bukan sekedar keinginan.

Oleh karena itu, tuntutan real time online menjadi habit yang menggantikan keberadaan buku karena media online menjanjikan dan menyajikan visualisasi yang lebih variatif dan kreatif sehingga berbeda jika dibanding dengan lembaran buku. Banyak ditemui buku di era now berkualitas jelek sebagai antisipasi dari perilaku membajak buku, termasuk dengan cara foto copy yang banyak tersaji di seputaran kampus. Fakta ini secara perlahan pasti akan mematikan juga dari perkembangan buku. Oleh karena itu, tidak salah jika Iwan Fals
menorehkannya di judul lagu ‘Buku Ini Aku Pinjam’. ***

* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat