unescoworldheritagesites.com

Qurban di Era Now - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi, Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Meski ada perbedaan dalam perayaan Idul Qurban pada lebaran haji kali
ini antara versi Muhammadiyah dan NU – pemerintah, tetapi itu semua tidak menyurutkan semangat di era now untuk tetap melakukan ibadah qurban yang ditandai dengan penyembelihan di berbagai daerah untuk hewan qurban baik sapi atau domba.

Di satu sisi perbedaan tidak bisa terlepas dari keyakinan mengacu mazhab masing-masing dan di sisi lain esensi era now terhadap perayaan qurban tetap yang terpenting karena
qurban merupakan tuntunan agama berdasar kasus Nabi Ismail. Oleh karena, menjadi tidak penting untuk kemudian menjadi perdebatan di balik perbedaan tersebut karena tetap acuannya yaitu mazhab dari yang diyakini kebenarannya dan yang lebih utama bahwa pelaksanaannya adalah sesuai dengan ajaran agama.

Perintah qurban telah disampaikan oleh Allah SWT di  penggalan surat Al Quran yang berbunyi: Fa salli lirabbika wanhar. Artinya: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!" (QS Al Kautsar ayat 2). Qurban identik dengan lebaran haji karena memang terkait dengan kegiatan wukuf di Arafah. Selain itu ibadah sebelum qurban itu sendiri ditandai dengan pelaksanaan puasa yaitu puasa tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan juga puasa arafah (9 Dzulhijjah).

Terkait ini Muhammadiyah menyerukan untuk pelaksanaan pemotongan hewan qurban
boleh dilaksanakan pada Kamis 29 Juni 2023. Setidaknya ini sebagai bagian dari keselarasan dan harmoni juga saling menghargai perbedaan. 

Baca Juga: Buku Ini Aku Pinjam

Secara harfiah sebenarnya pemotongan qurban dibenarkan selama 3 hari tasyrik sehingga untuk pemotongan hari kamis tetap memenuhi kaidah agama. Oleh karena itu, semoga realitas perbedaan ini tidak menjadi muara terhadap riak konflik dan saling olok sebagai bentuk pengakuan yang terbaik - paling benar. Sekali lagi semua mengacu keyakinan
mazhab.

Terlepas dari perbedaan yang ada, pastinya ada hikmah dibalik perayaan ibadah qurban di era now, misalnya pertama: esensi pengorbanan. Pelajaran qurban terkait pengorbanan dari Nabi Ibrahim terhadap putranya Nabi Ismail.

Perjalanan hidup semua manusia tidak bisa terlepas dari pengorbanan, apapun bentuknya, sehingga manusia harus sadar diri untuk bersiap melakukan pengorbanan dalam menapaki
kehidupannya. Hal ini juga memberi pembelajaran untuk ikhlas dan sabar dalam menjalani roda kehidupan yang tidak dapat stabil karena setiap saat pasti ada ujian dan cobaan.

Kedua: pelatihan terhadap keikhlasan dan keimanan. Tidak bisa dipungkiri keimanan di era now sangat rentan dan riskan. Bahkan, agama menegaskan bahwa keimanan mampu goyah ketika tidak diasah dengan ujian dan cobaan.

Baca Juga: Berharap Peran Pasar Modal

Oleh karena itu, cara membangun keimanan itu harus sedari dini yang kemudian akan memupuk menjadi semakin kuat di tengah berbagai ujian dan cobaan. Meski demikian, diakui tidaklah mudah menjaganya, apalagi ujian dan cobaan duniawi terus silih berganti.
Jadi, pondasi keimanan tidak bisa diabaikan untuk menjadi penerang dan penuntun di kehidupan era now.

Ketiga: membangun sinergi dengan fakir miskin. Qurban menjadi kewajiban bagi yang merasa mampu, baik mampu secara finansial maupun secara akal. Betapa tidak, berapa banyak manusia yang merasa tidak terpanggil untuk melakukan qurban, meski sejatinya dia mampu. Begitu juga dengan pelaksanaan haji yang salah satu syaratnya adalah bagi yang mampu.

Oleh karena itu, ketika qurban dilaksanakan maka pembagian dagingnya itu sendiri akan menyatukan humaniora yang menimbulkan keselarasan dan kesejajaran antara si kaya dan si fakir miskin. Artinya, si kaya tetap saja mendapatkan hak nya dari daging qurban
sementara si fakir miskin juga berhak mendapatkan pembagian daging. Bahkan, di tempat penyembelihan yang berlebih daging juga bisa disalurkan ke lainnya.

Keempat: refleksi dari ibadah yang utama. Betapa tidak berkurban bukanlah hal mudah karena melibatkan keimanan dan pendanaan. Oleh karena itu berapa banyak insan yang mampu tetapi tidak merasa terpanggil untuk berkurban, meski di sisi lain juga tetap bisa dan
berhak mendapatkan daging qurbannya. Jadi, esensi dari ibadah qurban mengandung nilai-nilai luhur kehidupan, keimanan, keagamaan, dan harmoni kemasyarakatan. ***

* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat