unescoworldheritagesites.com

Kepemimpinan Perempuan - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi  (Ist)

 
Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi
 
: Berita kepemimpinan perempuan di sejumlah PTS di DKI Jakarta yang
mencapai 38 persen menarik dicermati (News, Sabtu 28 Mei 2022).
Hal ini tidak saja menjadi acuan tentang kesetaraan gender dalam aspek
kepemimpinan, tapi juga fakta bahwa era global dan milenial memberikan
peluang bagi kaum perempuan untuk berkiprah secara konkret di sektor
pendidikan.
 
Artinya, potensi bagi kaum perempuan untuk berkiprah di
banyak sektor sejatinya memang dimungkinkan dan kesempatan itu memang
semakin tersedia luas. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kaum
perempuan untuk tidak dapat mencari peluang sebanyak mungkin untuk
berkiprah dan menunjukan eksistensinya di era global dan milenial
karena memang semuanya dimungkinkan.
 
Penegasan tentang kesempatan yang semakin terbuka bagi kaum perempuan
untuk dapat berkiprah secara luas, termasuk di sektor pendidikan
disampaikan oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi atau LLDikti
DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardani di Jakarta, Jumat (27/5/22).
Pernyataan itu disampaikan Paristiyanti dalam Forum Diskusi Inspirasi
Kepemimpinan Perempuan, yang dilanjutkan dengan peresmian London
School Centre for Leadership dan peluncuran buku ‘Wonderful Woman’
oleh Prita Kemal Gani. Secara tidak langsung hal ini memberikan
gambaran bahwa perguruan tinggi tidak haram untuk dipimpin seorang
perempuan. Artinya, selama kompetensi dan kemampuan itu ada yang
memungkinkan untuk bertindak maka kaum perempuan juga berkepentingan
untuk bisa membawa roh akademik dari perguruan tinggi – kampus untuk
berkiprah dan bersaing di era global saat ini.
 
Realita menunjukan bahwa dominasi kaum pria masih sangat kuat dalam
kepemimpinan di semua bidang, tanpa terkecuali. Hal ini bisa jadi
karena masih kuatnya hegemoni pada patriarki sehingga memarginalkan
peran dan eksistensi kaum perempuan. Padahal, realita yang ada
sejatinya memberikan kesempatan dan peluang yang sama, baik itu
perempuan atau pria untuk bersaing secara fair dalam semua kesempatan.
Selain itu, fakta juga telah memberikan gambaran bahwa dominasi
pekerjaan kaum perempuan justru lebih banyak di belakang layar,
terutama untuk kasus di negara miskin berkembang. Padahal peran itu
pada dasarnya juga berdampak positif terhadap kesejahteraan rumah
tangga. Jadi, realita yang ada sebenarnya tidak memberikan kesetaraan
dalam kiprah dan ini menjadi praktik yang merugikan kaum perempuan
sehingga logis kalau ditentang.
 
Fakta kepemimpinan kaum perempuan di sejumlah sektor sejatinya sudah
mulai kuat di era kesetaraan gender, baik itu pasca yang diperjuangkan
RA Kartini atau dari sejumlah tokoh perempuan internasional. Artinya,
proses panjang dari kesetaraan gender menjadi acuan bagi kaum
perempuan untuk berkiprah di semua sektor tanpa terkecuali. Terkait
ini keleluasaan untuk memberikan peran dan andil bagi kaum perempuan
menjadi celah yang sangat baik untuk menunjukan eksistensi kaum
perempuan. Oleh karena itu, fakta kepemimpinan 38 persen kaum
perempuan yang menjadi pimpinan di sejumlah PTS di DKI Jakarta menjadi
cambuk bagi kaum perempuan untuk bisa lebih menunjukan jati diri dan
eksistensinya sehingga semakin terbuka peluang untuk berkiprah dan
pastinya juga berkarya tanpa membedakan unsur gender.
 
Terlepas dari hegemoni patriarki, yang jelas kehadiran kepemimpinan
perempuan di semua sektor akan semakin memberi warna terhadap
keberagaman karakteristik kepemimpinan di semua bidang, baik formal
maupun informal. Oleh karena itu, keberagaman ini pasti akan semakin
menambah wacana dan wawasan sehingga memicu dampak positif dalam
jenjang karier bagi kaum perempuan pada umumnya. Jadi, tidak ada
alasan bagi kaum perempuan untuk tidak berkarya di era milenial karena
peluangnya semakin terbuka. ***
 
* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Solo
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat