unescoworldheritagesites.com

Piala Dunia dan Islam - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

 
Oleh Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi
 
: Piala Dunia 2022 di Qatar telah berakhir dan akhirnya menempatkan
Argentina sebagai juara setelah mengalahkan Perancis dengan skor 3-3 dan 4-2 lewat adu penalti (skor 7-5).  Drama pertandingan bola yang digelar 4 tahun sekali tersebut tidak terlepas dari banyak moment kemeriahan, ketegangan dan suka cita, juga duka cita.
 
Berbagai kejutan muncul mengiringi semua drama pertandingan yang ada dari awal  pembukaan 21 November dan closing ceremony setelah final antara Argentina vs Perancis pada 18 Desember 2022. Di satu sisi, publik memang berharap pertandingan final Argentina vs Perancis merupakan klimaks terbaik hajatan 4 tahunan tersebut dan di sisi lain Doha
benar-benar menyajikan kualitas layanan pertandingan bola terbaik untuk publik. Argumen yang mendasari yaitu selama hajatan Piala Dunia sejak pembukaan dan pertandingan pertama pada fase group pada 21 November – 2 Desember benar-benar menyajikan kualitas terbaiknya.
 
Selain itu untuk fase yang lain yaitu babak 16 besar (3-6 Desember), perempat final (9-10 Desember), semifinal (13-14 Desember), perebutan peringkat ketiga (17 Desember) dan final (Minggu 18 Desember) semuanya berjalan dengan sukses tanpa insiden. Fakta keberhasilan melangsungkan perebutan juara ke-3 pertandingan Kroasia vs Maroko dan dimenangkan Kroasia ternyata berlanjut untuk pertandingan final Argentina vs Perancis.
 
Terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia tentu juga tanpa alasan dan faktanya Qatar menggelontorkan dana terbesar sepanjang perhelatan Piala Dunia yaitu US$ 200 miliar (sekitar Rp.3,13 kuadriliun). Sukses menggelar Piala Dunia secara tidak langsung  menguatkan branding Qatar sebagai salah satu negara mayoritas berpenduduk muslim di dunia untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
 
Aspek kepariwisataan menjadi alasan utama dibalik dampak positif gelaran Piala Dunia dan beralasan jika kemudian banyak negara mengajukan diri untuk bisa menggelar acara Piala Dunia demi menyedot sebanyak mungkin kunjungan wisatawan, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok gila bola atau bola mania. Pastinya bukan hanya melalui sektor pariwisata semata tapi juga imbas terhadap transaksi ekonomi - bisnis dan pasti di sektor perdagangan dan perhotelan terdampak. Data dari perekonomian Qatar memiliki  pertumbuhan 6,3% dan PDB-nya mencapai US$ 176 miliar (sekitar Rp.2,7 kuadriliun). Kekayaan ini pastinya mendukung Qatar untuk menggelar dan menggelontorkan dana yang cukup besar untuk menyukseskan hajatan 4 tahunan Piala Dunia.
 
Qatar juga ingin membalikan teoritis bahwa negara jazirah Arab juga mampu menggelar hajatan berkelas dunia seperti Piala Dunia, meski secara global untuk bidang otomotif di sejumlah negara Arab sudah sukses dilakukan. Artinya, kemampuan negara besar seperti AS dan Eropa dalam menggelar Piala Dunia ternyata juga bisa dilakukan di Qatar. Oleh karena itu, sukses hajatan Piala Dunia di Qatar menjadi pembelajaran untuk negara lain agar juga bisa menggelar pertandingan berkelas dunia. Bahkan, sejumlah brand ternama juga akan terbuka matanya untuk bisa mendukung kepercayaan dibalik hajatan berkelas baik
sebagai mitra ataupun sponsorship demi sukses hajatan tersebut.
 
Fakta lain dibalik sukses Piala Dunia di Qatar yaitu kepercayaan publik terhadap Islam. Qatar sukses menyampaikan informasi ke dunia bahwa hajatan sebesar Piala Dunia juga bisa dikemas tanpa alkohol, tanpa diskriminasi, dan juga tanpa tendensi pelecehan HAM karena
memang sedari awal Qatar berniat merubah paradigma Piala Dunia yang pastinya bisa lebih humanis dan agamis. Betapa jutaan suporter dan penonton dari belahan dunia disuguhi sisi kebudayaan Islam, dikumandangkan adzan dan pembukaannya dilantunkan ayat-ayat Al Qur’an yang mampu membuat terharu.
 
Oleh karena itu, beralasan jika salah satu jurnalis barat yang kemudian viral di Youtube menegaskan bahwa kemenangan dari Piala Dunia bukan sekedar sukses bagi Argentina yang
mengalahkan Perancis, tapi yang utama adalah kemenangan Islam karena mampu  menyadarkan dunia tentang keberadaan Islam itu sendiri dan keramahtamahan Islam terhadap dunia. Meskipun banyak kritikan bahwa olahraga tidak perlu disandarkan dengan agama tertentu tapi setidaknya hajatan Piala Dunia di Qatar telah membuka mata dunia tentang muslim dan Islam seperti apa, selain realitas terkait budaya dan kebudayaan Islam seperti apa yang telah dirasakannya. ***
 
* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat