unescoworldheritagesites.com

Kalau Mau, PDIP Bisa Penuhi Perjanjian Batu Tulis Sambil Diam-diam Main Dua Kaki - News

Syamsudin Walad (Dok Pribadi)

Oleh: Syamsudin Walad

: Tak ada yang tak mungkin dalam perpolitikan Indonesia. Segalanya mungkin saja terjadi. Termasuk kemungkinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bermain dua kaki. Seperti halnya Partai Golkar di Pilpres 2004 silam.

Saat ini PDIP tengah mengalami kegamangan yang luar biasa. Satu sisi sebagian besar pengurus DPP dan anggota DPR Fraksi PDIP di DPR ingin agar Puan Maharani yang dimajukan sebagai Capres, di sisi lain kader di akar rumput lebih memilih Ganjar Pranowo sebagai Capres di Pilpres 2024.

Secara elektabilitas berdasarkan survey-survey, elektabilitas Ganjar Pranowo memang diakui tertinggi diantara calon-calon lain. Terakhir dukungan 33,5% suara ke Ganjar Pranowo. Sedangkan nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meraih dukungan 30% suara responden dan nama Capres dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Anies Baswedan meraih 25,1%. Sementara elektabilitas Puan tak bergerak diangka 1 atau 2 persen.

Baca Juga: Keuntungan PDIP, Partai Wong Cilik, Pake Kembali Nomor Urut 3

Itulah tampaknya yang membuat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih diam sambil memantau perkembangan. Tidak ada yang tahu, siapa tahu sesungguhnya Mega memang ingin anaknya yang dimajukan, namun di sisi lain ia melihat realitas yang ada.

Ada satu jalan sebenarnya yang bisa diambil PDIP agar menyenangkan semua pihak dan mengambil keuntungan dari jalan tersebut. Bahkan jalan terbaik ini juga bakal memenuhi janji Megawati kepada Prabowo Subianto di pilpres 2009. Perjanjian itu dikenal dengan perjanjian Batu Tulis.

Wacana duet Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elite PDIP Puan Maharani beberapa waktu lalu sempat mengemuka kala Prabowo dan Puan bertemu. Wacana ini kembali mengingatkan publik pada perjanjian Batu Tulis yang pernah disepakati kedua partai.

Baca Juga: Ketua Fraksi PDIP Utut Adianto Menerima Piala Komisi Informasi Pusat (KIP)

Hubungan Megawati dan Prabowo memang seperti pasang-surut mendekati pilpres. Gerindra mengungkit perjanjian dengan Megawati pada Pilpres 2009 tentang janji Mega mendukung Prabowo. Dokumen perjanjian di Batu Tulis pun diungkit lagi.

Nah, jika saja PDIP bersedia memberikan Puan ke Prabowo sebagai Cawapres dan membiarkan Ganjar maju di Pilpres 2024 dengan bendera partai lain, tentu PDIP bakal menang banyak. PDIP tak perlu memecat Ganjar seraya memenuhi hak politik Ganjar sebagai pribadi sambil di belakang diam-diam membuat deal-deal politik.

Seperti diketahui, Elektabilitas Ganjar yang tinggi sempat membuat PPP dan PAN melirik Ganjar meski keduanya berada di gerbong Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar. Bahkan Airlangga sendiri sebagai Ketum Golkar sempat menyatakan keterbukaannya kepada Ganjar kala keduanya bertemu. Wacana duet Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto pun sempat mengemuka.

Jika skenario Prabowo-Puan dan Ganjar-Airlangga terjadi di Pilpres 2024, maka ini mirip skenario Golkar di Pilpres 2004. Kala itu Golkar mengusung pasangan Wiranto - Salahuddin Wahid sambil membiarkan Jusuf Kala sebagai pribadi dijadikan Cawapres oleh SBY. Nyatanya Golkar tetap jadi pemenang meski pasangan Wiranto - Salahuddin Wahid kalah diputaran pertama.

Diputaran kedua mesin Golkar di akar rumput pada akhirnya full mendukung SBY - JK yang kemudian menang atas pasangan Mega - Hasyim Muzadi. Sementara NU yang juga main dua kaki (Salahuddin Wahid dan Hasyim Muzadi) tumbang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat