unescoworldheritagesites.com

Resmikan Proyek DME Muara Enim, Jokowi: Ada yang Nyaman Impor, Negara dan Rakyat Dirugikan! - News

Presiden Jokowi resmikan proyek DME Muara Enim.  (Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden.)

 

MUARA ENIM: Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) yang terletak di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan (Sumsel), Senin (24/01/2022).

"Dengan mengucap 
bismillahirrahmanirrahim, pada pagi hari ini Groundbreaking Proyek Hilirisasi Batu Bara menjadi Dimetil Eter (DME) saya nyatakan dimulai," kata Presiden Jokowi yang kemudian menekan tuas sirine tanda peresmian proyek hiiirisasi DME ini, seperti disiarkan dalam tayangan video di YouTube Sekretariat Presiden.

Turut mendampingi Presiden dalam groundbreaking ini, antara lain Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Gubernur Sumatra Selatan Herman Deru, serta Pj Bupati Muara Enim Nasrun Umar serta Dirut PT Bukit Asam, PT Pertamina, PT MIND ID (Mining Industry Indonesia).

Hadir pula dalam acara ini Ketua OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Wimboh Santoso, Kepala BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) serta Presiden dan CEO Air Products and Chemicals, Mr Seifi Ghasemi yang mengikuti acara secara virtual.

Mengawali sambutannya, Presiden Jokowi mengaku sudah berkali-kali menyampaikan mengenai hilirisasi, industrialisasi, dan pentingnya mengurangi impor. Perintah ini bahkan sudah disampaikannya sejak enam tahun lalu.

"Ini sudah enam tahun yang lalu saya perintah, tetapi alhamdulillah hari ini, meskipun dalam jangka yang panjang belum bisa dimulai, alhamdulillah hari ini bisa kita mulai groundbreaking 
proyek hilirisasi batu bara menjadi DME (Dimetil Eter)," ujarnya.

Presiden mengatakan Indonesia sudah berpuluh-puluh tahun merasa nyaman dengan impor, ada yang nyaman dengan impor. "Memang duduk di zona nyaman itu paling enak. Sudah, rutinitas terus impor, impor, impor, impor, impor, enggak berpikir bahwa negara itu dirugikan, rakyat dirugikan karena enggak terbuka lapangan pekerjaan," ungkapnya.

Menurut Presiden, impor elpiji ke Indonesia sangat besar, hingga berkisar Rp80-an triliun dari kebutuhan Rp100-an triliun. Jumlah itu masih harus disubsidi antara Rp60-70 triliun untuk sampai ke masyarakat karena harganya juga sudah sangat tinggi sekali.

"Pertanyaan saya, apakah ini mau kita terus-teruskan? Impor terus? Yang untung negara lain, yang terbuka lapangan pekerjaan juga di negara lain, padahal kita memiliki bahan bakunya, kita memiliki raw material-nya, yaitu batu bara yang diubah menjadi DME," kata Presiden.

Presiden memastikan bahwa DME hampir mirip dengan elpiji. "Tadi saya sudah melihat bagaimana api kalau yang dari DME untuk memasak dan api yang dari elpiji kalau untuk memasak, sama saja," ujarnya.

Menurut Presiden, kalau proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Bukit Asam yang bekerja sama dengan Pertamina dan Airproducts ini sudah berproduksi, bisa mengurangi subsidi dari APBN sekitar Rp7 triliun. Kalau semua elpiji nanti disetop dan semuanya pindah ke DME, maka dana yang sangat besar Rp60-70 triliun itu akan bisa dikurangi subsidinya dari APBN.

"Ini yang terus kita kejar. Selain kita bisa memperbaiki neraca perdagangan kita karena enggak impor, kita bisa memperbaiki neraca transaksi berjalan kita karena kita enggak impor," ujar Presiden.

70 Ribu Lapangan Pekerjaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat