unescoworldheritagesites.com

Faisal Basri Minta Struktur Tarif Cukai Dipangkas, Tekan Prevalensi Perokok Usia Muda - News

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) minta struktur tarif cukai dipangkas untuk menekan prevalensi perokok usia muda dalam diskusi webinar dengan media massa di Jakarta  (AG Sofyan )

 
: Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri minta struktur tarif cukai dipangkas guna tekan prevalensi perokok usia muda.
 
Faisal Basri mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada kesehatan generasi muda untuk mengurangi prevelensi merokok.
 
Penurunan prevalensi perokok usia muda terus menjadi tantangan bagi seluruh pihak. 
 
 
Menurut Faisal, perlu adanya dorongan dari beragam sektor agar prevalensi perokok terus turun sesuai target pemerintah. Salah satunya melalui optimalisasi kebijakan cukai hasil tembakau. 
 
Faisal Basri keras menyebut pemerintah tidak konsisten dan munafik, selalu mengkampanyekan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul menjadi generasi emas. Sementara kebijakan soal rokok tidak keras dan memberikan karpet merah industri untuk "meracuni" generasi terkini.
 
 
Faisal menunjuk peningkatan angka perokok usia muda didasari oleh harga rokok yang sangat terjangkau. Perbedaan harga antar produk rokok memberi kesempatan bagi perokok muda untuk mengonsumsi rokok yang lebih murah. 
 
Menurutnya, selisih harga dapat dilihat dari harga rokok per-batangnya. Saat ini, sistem cukai di Indonesia masih membuka peluang besar bagi pabrikan agar dapat terus memproduksi rokok dengan harga murah.
 
 
“Kalau kita lihat di bungkusnya ada rokok yang cukainya Rp600/batang, ada juga yang Rp985/batang. Ini semua karena adanya layer cukai yang berbeda. Padahal beberapa diantaranya adalah pabrikan rokok besar, tapi mereka-lah yang membayar cukai rokok lebih murah,” kata Faisal dalam Webinar KBR bertajuk Ekonom Bicara Cukai Rokok: Menentukan Tarif dan Struktur Cukai Rokok Optimal di Indonesia, Rabu (14/9/2022).
 
Faisal mengatakan, pabrikan yang membayar cukai lebih murah tersebut bukan karena tidak sanggup membayar, tetapi karena mereka menikmati tarif cukai yang rendah. 
 
 
“Harga jual yang rendah membuat mereka nyaman untuk tidak bersaing dengan sesama pabrikan besar. Hal ini menjadi buruk untuk pengendalian konsumsi rokok,” ungkapnya.
 
Pabrikan rokok yang mengambil celah untuk menghindari tarif cukai paling tinggi, katanya, menjadi alasan semakin lebarnya variasi harga rokok sehingga mudah diakses oleh usia muda. 
 
Kondisi ini, berbanding terbalik dengan harapan pemerintah menciptakan generasi muda yang unggul dan berkualitas.
 
 
Itulah sebabnya dia mendorong agar selisih harga rokok kini dapat dikurangi bahkan dihapus.
 
Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan mengurangi selisih tarif agar dapat menutup perbedaan harga rokok di pasar. 
 
“Struktur tarif cukai setidaknya dipangkas sampai 3 layer.
 
 
Faisal juga meminta pemerintah untuk terus konsisten dalam pengendalian perokok di Indonesia, khususnya generasi muda yang mudah terjangkau rokok. 
 
“Perlu konsistensi pemerintah dalam optimalisasi layer cukai, memberantas rokok murah, supaya momentum generasi emas ini tidak hilang. Generasi emas kita harus diselamatkan,” tegasnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat