unescoworldheritagesites.com

Sipon, Puluhan Tahun Menunggu Keberadaan Aktivis Wiji Thukul Hingga Akhir Hayatnya - News

Almarhum Sipon, istri aktivis Wiji Thukul yang menunggu kabar sang suami hingga akhir hayatnya (Endang Kusumastuti)

: Usai sudah penantian panjang seorang Dyah Sujirah, menanti kepulangan suaminya, Wiji Thukul, seorang aktivis 1998. Dyah Sujirah atau yang biasa dipanggil Sipon itu, Kamis (5/1/2023) meninggal dunia akibat serangan jantung dengan masih menyimpan tanya keberadaan suaminya.

Hari ini, Jumat (6/1/2023), jenazah Sipon dikebumikan. Sejak Maret 1998, sang suami Wiji Thukul yang dikenal sebagai seniman itu dinyakan hilang. Meski puluhan tahun berlalu, Sipon masih tetap menanti kabar keberadaan sang suami. Wiji Thukul dikenal sebagai aktivis dengan menyuarakan kegundahan hatinya melalui puisi.

Ratusan pelayat nampak mengantarkan jenazah ibu dua anak itu. Nampak juga karangan bunga ucapan bela sungkawa dari Presiden Joko Widodo, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka hingga Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. 

Baca Juga: Gunakan Teorema Pythagoras untuk Menghitung Nilai x Pada Tiap - tiap Gambar Berikut!

"Mbak Sipon adalah perempuan yang teguh. Hampir seperempat abad menanti keadilan, pulangnya Wiji Thukul. Menanti kepastian adanya Thukul dan saya kira sampe akhir hayatnya dia nggak menyerah gitu ya," jelas Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul di rumah duka di Kampung Kalangan, RT 1 RW 14 Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo. 

Wahyu menyebut, Sipon tidak hanya istri aktivis tapi juga seorang aktivis. Dia juga menjadi salah satu inisiator para keluarga korban yang mencari kepastian orang hilang. 

Sipon aktif dalam Ikatan Orang Hilang Indonesia (IKOHI). Bahkan Sipon juga yang mendorong agar Komnas HAM menerbitkan sertifikat korban pelanggaran HAM terutama untuk orang-orang hilang. 

Baca Juga: Petunjuk Cara Melunasi Hutang Riba

"Kalau di puisi-puisi Thukul ada judulnya Ketika Jenderal Marah-Marah, itu Thukul mengakui bahwa analisisnya Mbak Pon mengenai situasi terkini. Sehinggal Thukul harus melarikan diri itu memperlihatkan bahwa Mbak Pon itu bukan istri aktivis tapi dia itu aktivis sendiri," jelasnya lagi.

Wahyu Susilo mengungkapkan dua anak Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah bakal meneruskan apa yang telah dilakukan orangtuanya.  Meskipun saat ini Sipon sudah tidak ada, tetapi dirinya yakin semangat untuk mencari keadilan dan kepastian Wiji Thukul dan korban orang-orang hilang akan tetapi dilanjutkan.

"Saya kira Wani dan Fajar itu juga akan terus menyanyi, akan terus berpuisi, melanjutkan apa yg slm ini juga disuarakan Mbak Pon," katanya.

Baca Juga: Sinopsis Drakor Island Episode 4

Di acara pemakaman kakak iparnya itu,  Wahyu Susilo juga membacakan puisi berjudul " Jangan Lupa Kekasihku". Puisi itu dibuat Wiji Thukul untuk sang istri, Sipon saat meminangnya.

 Menurut Wahyu, puisi tersebut merupakan sebuah refleksi dari kisah yang dilalui oleh Wiji Thukul dan Sipon. Seperti pada puisi tersebut, terdapat bait yang menceritakan kondisi mereka saat keadaan banjir, karena rumah mereka berada di kawasan langganan banjir.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat