unescoworldheritagesites.com

Isu Sensitif Pilpres - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi, Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

 
Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: Pesta demokrasi berlabel pilpres 2024 tidak berapa lama lagi dan  sejumlah tahapan dari awal sampai nanti hari H pencontrengan harus dilalui semua kandidat tanpa terkecuali. Oleh karena itu ketiga kandidat yaitu Prabowo, Ganjar dan Anies harus mempersiapkan diri untuk bertarung demi pemenangan dan kemenangan di pilpres 2024. Hal ini sangat penting karena pilpres 2024 menjadi taruhan untuk membawa angin segar perubahan ke masa depan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran.
 
Selain itu, pilpres 2024 juga akan mempengaruhi transformasi kepemimpinan karena masa jabatan Presiden Jokowi sudah habis setelah 2 periode kepemimpinannya. Jadi, pilpres di
2024 dipastikan akan seru karena tidak ada petahana yang masih ikut bertarung sehingga ada kandidat pemimpin baru untuk periode 5 tahun ke depan.

Fakta dibalik pilpres 2024 ternyata sudah ada beberapa kepala daerah yang juga selesai masa jabatannya, termasuk salah satunya Ganjar dari Jawa Tengah yang kebetulan saat ini ikut bertarung dalam bursa kandidat pilpres 2024. Sebagai ‘petugas partai’, ternyata Ganjar harus berlanjut dari Gubernur lalu bertarung di pilpres 2024. Meski di awal ada ganjalan terhadap pencalonan Ganjar tapi akhirnya Megawati memberi restu kepadanya untuk bertarung dalam pilpres 2024. Pastinya sebagai ‘petugas partai’ restu itu menjadi modal besar untuk menapaki tahap kepemimpinan yang lebih tinggi.
 
Baca Juga: Dampak Sistemik
 
Di satu sisi ada isu penting terkait koalisi kemarin yang kemudian ini memunculkan duet Anies - Cak Imin. Padahal, koalisi diharapkan mampu melahirkan duet kepemimpinan untuk
bertarung di pilpres tetapi progres yang terjadi justru tidak selaras sehingga muncul tuduhan adanya ‘pengkhianatan’. Artinya, kepastian koalisi ternyata harus diuji dengan komitmen untuk memastikan keberlanjutan sampai deklarasi kandidat duet petarung di pilpres 2024.
Di sisi lain, membangun koalisi ternyata tidak mudah karena mengakomodasi kepentingan yang sangat kompleks, baik dari internal dan juga eksternal sehingga semua harus bisa diakomodasi tanpa terkecuali. Hal ini yang kemudian menjadi riak konflik koalisinya.

Belajar bijak dari bubarnya koalisi kemarin maka ada benarnya jika kemudian tersebar keyakinan bahwa dalam dunia politik tidak ada kawan dan lawan abadi karena pastinya lebih mengacu kepada kepentingan pribadi dan kepartaian. Oleh karena itu, sangat logis jika  kemudian koalisi dan oposisi hanyalah semacam pemanis dalam kehidupan dalam  demokrasi, tidak hanya di negara industri maju, tapi juga di negara miskin berkembang, termasuk juga di Indonesia. Hal ini setidaknya menjadi pembelajaran, terutama dampak dari multi partai yang semakin menjamur di republik ini sehingga haruslah memastikan apakah koalisi yang dibangun benar-benar mampu menciptakan keselarasan dan sinergi
untuk menciptakan kepastian dalam melangkah lebih lanjut.

Tidak dipungkiri bahwa koalisi pasti ada banyak kepentingan yang dilibatkan, termasuk misal tidak adanya kader partai yang harus dicalonkan sebagai capres atau cawapres di pilpres 2024. Jadi, kalkulasi kepentingan koalisi juga harus dicermati agar tidak terjadi salah paham yang kemudian ada yang merasa dirugikan dalam koalisinya.
 
 
Di satu sisi, meski ada harapan kemenangan dalam pesta demokrasi, termasuk pilpres 2024 tapi era now tidak mudah untuk bisa memenangkan karena pertarungan akan semakin kompleks dan di sisi lain pastinya semakin banyak membutuhkan dana segar untuk operasional di pertarungan pesta demokrasi. Jadi, ketiga kandidat yang akan bertarung yaitu
Prabowo, Ganjar dan Anies harus mencermati semua fenomena yang muncul dan berkembang. ***
 
*Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat