unescoworldheritagesites.com

Netizen Mengawasi Pemilu - News

 (Istimewa )

 

Oleh: Slamet Pribadi.

Gawe besar demokrasi Indonesia, sebagai simbol keberlangsungan kepemimpinan pemerintahan akan terjadi pada tanggal 14 Februari 2024.

Semua elemen parpol, mengawali dg melakukan berbagai kegiatan politik yg berlangsung dengan damai, meskipun di sana sini terdapat riak-riak kepentingan yg disalurkan melalui juru kampanye masing2 calon, baik legislatif maupun capreswapres, demi meraup sebanyak banyaknya pemilih, melalui coblosan.

Berbagai cara ditempuh oleh mereka, baik yg negatip, seperti memfitnah, manghasut, dll, agar masyarakat simpati.
Bahkan ada yang tanpa malu-malu, merendahkan martabat pemilih, mereka melakukan politik uang, dengan berbagai cara dan alasan, cara ini sangat menghambat pembangunan, karena pemilih akan menggadaikan aspirasinya selama lima tahun kedepan. Yg sudah duduk dalam jabatannya, karena sudah terpilih, adakalanya tidak lagi mendengar aspirasi masyarakat, karena merasa sudah memberi sesuatu di saat pemilihan. Sedangkan yg positip, melakukan sosialisasi diri, Menyampaikan program, visi dan misi jika terpilih. Menyampaikan tujuan besar Pemilu, bagi kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Dua Jagon Tak Terkalahkan Beradu Kekuatan (I): Gelar Benavidez Dicopot Karena Narkoba

Pemilihan Umum yg jujur diperlukan bagi keamanan negara, karena alangkah indahnya manakala tidak ada kecurangan, tidak ada konflik, tidak ada kegaduhan, dan lain-lain. Semua keadaan selalu bersuasana baik.

Unsur pengawasan sangat penting, dalam proses pemilu ini, dari Hulu sampai hilir, dari TPS sampai ke KPU Pusat. Dimana item-item proses, bertanggung jawab atas kejujuran ini, terhadap Tuhan yg senantiasa mengawasi kita, terhadap negara yg memberikan kita pengabdian yg luar biasa, yg akan dikenang sepanjang hayat.

Baca Juga: Mengetuk Hati Lembaga Survei dan Memaknai Seruan Pemilu Damai

Di luar struktur pengawasan yg disiapkan negara melalui aparatnya, yg tidak kalah pentingnya adalah pengawasan yg dilakukan oleh masyarakat secara langsung, termasuk Netizen. Dia spontan, tanpa honor negara, benar-benar murni dari masyarakat, dengan kelincahan jari jemarinya bersama kamera ponselnya, melakukan pemotretan, pengambilan video, bahkan live streaming atau live medsosnya yg dahsyat terhadap proses penghitungan suara. Bagaimana gerakan tangan, gerakan jari-jari, bisik-bisik dengan petugas setelahnya, gerakan tubuh lainnya dapat dengan jelas tercover di perangkat para netizen. Ini dapat menjadi bukti kejujuran atau kecurangan petugas pemilu. Bahkan sampai di Pengadilan, baik Pengadilan Administrasi maupun pengadilan pidana.

Estimasi saya yg tanpa penelitian, juga tanpa analisis ilmiah ini, hanya pengamatan pribadi secara awam, ponsell seluruh masyarakat indonesia kita 80% sudah berbasis tehnologi canggih, internet. Ini berarti setiap Netizen ada peluang melakukan pengawasan pemilu secara baik2 bersama aparat negara.

Rekomendasi dari saya, paska coblosan, masyarakat atau para Netizen jangan langsung meninggalkan Tempat Pemungutan Suara, sebaiknya menunggu TPS dengan tertib dan damai, bergantian.

Bantulah petugas setempat dengan baik dan benar, lakukan pemotretan, memvideo dengan baik dan benar, tidak perlu ada unsur kepentingan pribadi, tidak mengganggu petugas yg sedang melaksanakan tugas, tetap sopan dan tertib. Suatu saat hasil perekam itu dibutuhkan untuk pembuktian, dan diuji bersamaan dengan bukti yg lain.

Dengan demikian pemilu 2024 ini berlangsung jujur dan damai. Kamtibmas tetap berlangsung dengan baik. Netizen di tahun 2024 ini harus membuat sejarah, dengan menciptakan Pemilu jujur, menyongsong Indonesia Emas.***

Slamet Pribadi,

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat