unescoworldheritagesites.com

Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah 4 - News

Ramadan: Evaluasi Tindaklanjut dan Istiqamah 4. Oleh Dr Hamzah Khaeriyah (Istimewa)



Dr Hamzah Khaeriyah

: Keterlibatan berbagai pihak dalam mewujudkan keinginan bagi sang pelaku doa, menunjukkan  hadirnya kekuatan eksternal baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Baik yang dirasakan oleh pelaku atau pemohon  doa maupun mungkin tidak dirasakan.  Alquran mengajarkan bagi umat Islam agar mampu mendayagunaka kekuatan eksternalnya.

Kedua. objek permohonan kebaikan di dunia. Apakah yang dimaksud dengan kebaikan di dunia.

Baca Juga: Ramadan : Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah 3

Tentu banyak penafsiran tentang kebaikan yang dimohonkan. Perlu diperjelas bahwa batasan konsep kebaikan adalah ketaatan kepada Allah. Ketaatan itu adakah jeebaikan baiks  yang saat besar.

Mungkin ada yang berfikir bahwa aneka fasilitas yang diperoleh tapi tidak diarahkan penggunaannya  sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan mungkin juga digunakan pada hal-hal yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam melakukan kebaikan sebagai, tampaknya Alquran mengajak manusia untuk memperoleh status  paling taqwa, yakni atqakum. Penetapan status taqwa ini menunjukkan bahwa perlu ada daya dorong yang dahsyat yang dimiliki  oleh seorang agar mencapai derajat tertinggi dimaksud. 

Pandangan materialisme yang berfikir tansaksional bahwa permintaan seorang hamba melalui doa adalah persis sama dengan apa yang dikabulkan dalam doa, merupakan pandangan keagamaan yang tidak tepat.

Karena Allah yang  maha  mengerti kebutuhan hamba dibanding dengan keinginan manusia terhadap yang didoakan.

Terkadang manusia hanya mampu melihat secara fisik mengenai rezeki yang dianugerahkan. 

Namun lupa melihat proses pencapaian  rezeki hingga ia sampai dihadapan yang bersangkutan.

Bahkan terkadang manusia hanya mampu memprediksi harapan kebaikan yang timbul dari fasilitas tertentu pada masa yang  akan  datang,  namun tidak melihat maksud yang Allah berikan di balik fasilitas tersebut.

Baca Juga: Renungan Ramadan: Evaluasi Tindaklanjut dan Istiqamah 2

Akibat keterbatasan pemahaman  manusia terhadap masa depan, maka Islam selalu meminta hamba-Nya  untuk selalu berstatus  syakur.  Atau syukur yang paling tinggi.

Beryukur

Bersyukur menjadi hal yang selalu disebutkan dalam Al-Qur'an. Dengan cara bersyukur tentunya kita semakin ikhlas dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al Quran Surat Ibrahim ayat 7 berikut ini:

<span;>وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguh­nya jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku), pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."

Terkait hadits tentang bersyukur dan bersabar. Ada sebuah kisah nyata yang diceritakan Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya sebagai gambaran dari ayat 7 dari Surat Ibrahim.

Dalam kitabnya, Ibn Katsir mengutip riwayat dari Imam Ahmad al-Musnad. Di zaman Rasulullah ada seorang pengemis yang diberi sebutir kurma oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi pengemis menolak karena merasa pemberiannya itu hanya sebutir biji kurma.

Kemudian datanglah seorang pengemis lain dan Nabi tetap berikan sebutir biji kurma. Pengemis ini mengucapkan terima kasih dan rasa syukur telah mendapat pemberian Nabi meski hanya sebutir kurma. Mendengar rasa syukur pengemis kedua ini, Nabi pun menambahkan 40 dirham untuknya.

Dilansir dalam "Buku Pintar Hadist Edisi Revisi" oleh Syamsul Rijal Hamid, hadits bersyukur atas segala nikmat Allah SWT ini disampaikan oleh Ibnu Amr ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua watak yang apabila keduanya terdapat dalam diri seseorang, maka Allah mencatatnya sebagai orang yang sabar dan bersyukur.

Yakni, seseorang yang jika melihat orang lain lebih pintar atas dirinya dalam masalah agama, ia mengikutinya. Dan jika melihat orang lain lebih sulit dari dirinya, lalu ia memuji Allah SWT atas karunia yang diterimanya. Orang seperti inilah yang dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersabar dan bersyukur." (HR. Tirmidzi).


Dan dikutip dalam buku berjudul "42 Hadist Shalat Tahajud dan Qiyamullail" oleh Dr. Muhammad bin Azzuz, dalam sebuah hadist shahih yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i dari Anas dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, bahwa beliau pernah bersabda,"Aku jadikan sholat sebagai penyejuk hatiku."

Hadits ini juga mengandung pesan bahwasanya syukur itu harus diwujudkan dalam bentuk amal maupun lisan, sebagaimana firman Allah SWT, "Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).

Baca Juga: Lirik Lagu Mississippi - Werner Theunissen

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (QS. Saba: 13).


Bersyukur juga berarti mengakui segala nikmat dan berusaha menggunakannya sebaik-baiknya. ***

Wallahu A'lam

Oleh: Dr. Hamzah Khaeriyah Rektor IAIN Sorong

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat