unescoworldheritagesites.com

ASEAN dan Keamanan Siber - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi 

: KTT ke-42 Asean tahun 2023 berlangsung pada 9-11 Mei 2023 di Labuan
Bajo, NTT. Terkait hal ini, salah satu isu yang menarik dicermati adalah keamanan siber.
 
Keamanan siber di era now menjadi sangat penting terutama dikaitkan ancaman siber yang semakin marak, tidak saja mengacu jaminan keamanan data dan layanan tapi juga esensi
terhadap berbagai kemungkinan terburuk dari ancaman kejahatan dunia maya. Oleh karena itu sangat beralasan jika Asean berkepentingan untuk membangun keamanan siber. Di satu sisi, ini merupakan tindakan responsif untuk mengantisipasi berbagai ancaman kejahatan siber, sementara di sisi lain langkah ini menjadi pembuka terhadap kebijakan bagi Asean untuk melakukan antisipatif terhadap ancaman kejahatan siber yang trend-nya semakin meningkat, terutama dikaitkan dengan modernitas layanan digitalisasi di era now.

Relevan dengan urgensi pembangunan keamanan siber bahwa problem pembangunan ke depan tidak saja mengacu ketersediaan SDA dan juga potensi SDM, baik kuantitas atau kualitasnya tapi juga sumber daya robotik (SDR). Era perkembangan digitalisasi layanan sebagai transformasi model layanan tradisional (offline) ke layanan modern (online) – digitalisasi tidak bisa diremehkan. Oleh karena itu menjadi kewajiban - keharusan bagi Asean untuk membangun SDR karena era digitalisasi menjadi tuntutan yang tidak bisa lagi diabaikan keberadaannya. Terkait hal ini maka pembangunan keamanan siber pada
dasarnya merupakan tahap awal sebagai komitmen untuk pengembangan sistem siber yang lebih canggih di masa depan.
 
Baca Juga: Migrasi dan Otda

Tuntutan

Problem dasar dari komitmen membangun kualitas SDR yang dalam hal ini berkaitan dengan implementasi siber adalah kualitas SDM dan jika salah tentu akan berpengaruh terhadap kapabilitas - kemampuan saat melakukan pekerjaan. Jadi ibaratnya penempatan orang per orang tidak lagi memperhatikan kemampuan, kompetensi dan kapabilitas tapi justru  mengacu aspek pertimbangan like atau dislike. Padahal, model kebijakan seperti ini sangat rawan karena berkaitan dengan layanan kepada publik dan konsekuensi yang terjadi jika tidak berkompeten adalah rendahnya kualitas yang disajikan kepada publik. Bahkan bukan tidak mungkin ancaman yang muncul adalah perebutan posisi basah dan atau kering  sehingga deskripsi jabatan yang diamanatkan menjadi rancu (kurang tepat).

Belajar bijak urgensi pembangunan keamanan siber maka menjadi penting bagi Asean untuk menetapkan SDM yang berkualitas sesuai kompetensi, kemampuan dan pastinya kapabilitas orang per orang sehingga deskripsi jabatan yang diamanatkan bisa cocok dan mendukung terhadap efektivitas dan efisiensi kerja dan pekerjaan. Implikasinya adalah kualitas layanan digital  - modernitas kepada publik menjadi makin baik dan tentu akan berdampak terhadap kepercayaan layanan. Sebaliknya, jika ini tidak diindahkan maka dipastikan publik akan kecewa dan jika ini terjadi maka tentu menjadi sangat fatal.

Asean di jaman now sangat berbeda karena tuntutan responsif menjadi semakin jamak, bukan lagi sikap reaktif tetapi proaktif untuk mendukung penciptaan kepuasan layanan publik. Oleh karena itu, keamanan siber hanya salah satu yang harus dikembangkan oleh Asean sebagai jaminan terkait pengembangan kualitas layanan yang lebih baik. Betapa tidak, keberagaman model layanan modern – digital di era now cenderung lebih banyak menggunakan dan atau memanfaatkan layanan online berbasis internet. Jadi, tanpa ada jaminan keamanan siber dikhawatirkan akan terusik aksi kriminal, baik melalui perilaku
hacker, cracker, phising atau lainnya yang bisa berdampak negatif terhadap ancaman kualitas layanan modernitas – digitalisasi yang harus diterapkan oleh negara Asean.
 
Baca Juga: Pendidikan & Demokrasi

Jaminan

Aspek mendasar lain yang juga perlu diperhatikan dari pengembangan keamanan siber yaitu bagaimana komitmen semua Anggota Asean melakukan edukasi secara sistematis dan berkelanjutan, tidak saja kepada SDM yang menempati pos jabatan disitu tetapi juga SDM di bidang teknologi informasi pada umumnya. Hal yang mendasari tidak terlepas dari adanya
kebijakan perputaran pekerja untuk meningkatkan aspek kualitas pekerjaan dan kompetensi SDM. Di satu sisi perputaran pekerja juga dapat memicu stres kerja jika tidak sesuai kemampuan dan kapabilitas. Terkait hal ini maka edukasi secara sistematis - berkelanjutan menjadi strategi untuk mereduksi ancaman terjadi stres kerja, termasuk juga SDM yang nanti ditugasi menjalankan pekerjaan di bidang keamanan siber.

Apresiasi terhadap Asean terkait keamanan siber menjadi penting dan hal ini tidak hanya mengacu kepentingan jangka pendek tapi esensinya justru berkepentingan untuk jangka panjang. Argumen yang mendasari tidak terlepas dari tuntutan modernitas layanan di era now yang tentunya tidak terlepas dari ancaman siber dibalik digitalisasi pelayanan kepada publik. Oleh karena itu, komitmen dibalik penempatan SDM yang tepat yaitu memiliki kompetensi, kemampuan dan kapabilitas dibidang teknologi informasi menjadi penting demi mendukung keamanan siber. Di satu sisi, perlu dilakukan edukasi secara sistematis dan
berkelanjutan, sementara di sisi lain jangan juga lupa bahwa keamanan siber hanya tools yang juga perlu perawatan dan perbaikan (maintenance) secara komprehensif. ***
 
* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta 
 
 
 
 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat