Baca Juga: Gibran Disarankan Maju Di Pilgub Oleh Ketum PDI-P, Ketua DPR RI Dan Prabowo
Oleh Yacob Nauly
: Indonesia negara besar dengan jumlah penduduk tercatat 278.752.361 jiwa hingga 25 April 2022 (Worldometer ).
Tentu penduduknya punya ego dan kemampuan manuver. Di atas rata-rata warga negara sahabat di kawasan di Asia Tenggara.
Sebagai bangsa kita harus saling mendukung. Dalam hal mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apalagi saat ini China dengan berbagai dalih. Mengklaim Natura Utara masuk wilayah teritorialnya.
Itu dibuktikan dengan masuknya nelayan China memburu ikan. Dan hasil laut lainnya di Natuna kawasan teritorial Indonesia.
Negara-negara di dunia. Termasuk China merasa iri dengan luas Indonesia.
Baca Juga: Gibran Disarankan Maju Di Pilgub Oleh Ketum PDI-P, Ketua DPR RI Dan Prabowo
Terbentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia memiliki 17.499 pulau.
Dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2.
Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan. Dan 2,55 juta km2 adalah Zona Ekonomi Eksklusif.
Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan. Sungguh istimewa.
Dengan luas wilayah laut yang ada. Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar.
Dari data terbaru Perserikatan Bangsa-bangsa atau (PBB)27 Apr 2022. <span;>
Kepulauan Natuna terletak di barat daya Laut China Selatan.
Sekitar 400 kilometer dari Zengmu Shoal. Sekitar 1.900 kilometer dari daratan China. Dan 225 kilometer dari titik terdekat ke Pulau Kalimantan, Indonesia.
Baca Juga: Terungkap Bripda Diego Yang Tewas Di Papua 2 Senjata Dirampas OTK
Natuna yang perairannya kerap jadi sumber konflik dengan China saat ini berada di bawah yurisdiksi Provinsi Kepulauan Riau Indonesia.
Masyarakat China mengarang cerita sendiri. Warganya lalu mengaitkannya ke sejarah kerajaan Tiongkok Kuno itu.
China Ngaku
China mengaku negaranya telah kalah dari Indonesia dalam mempertahankan Natuna.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com<span;> dari artikel terbitan 163.com pada 16 Maret 2022. Yang mengungkap kenapa China pada akhirnya mengakui. Jika Natuna merupakan milik Indonesia.
Status Kepulauan Natuna saat ini: Cina telah kalah
Pada akhir 1980-an, populasi Natuna sekitar 15.000, dan pada saat itu lebih dari 90% orang Cina.
Untuk mengurangi keuntungan populasi Cina, pemerintah Indonesia telah berimigrasi dalam jumlah besar.
Dalam beberapa tahun terakhir. Dan populasi telah meningkat menjadi 85.000 orang Indonesia. (Sumber Zulaika Rizkia/ 163.com sohu.com thepaper.cn).
Baca Juga: Baznas Papua Barat Mulai Buka Layanan Penerimaan Hewan Kurban
Ulah nelayan asing di perairan Natuna. Berakibat Indonesia dirugika ratusan triliun rupia hingga kini.
Kerugian Potensi Laut
Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan Antam Novambar , 2021 menyebut potensi perikanan di Laut Natuna, Kepulauan Riau, mencapai Rp 120 triliun per tahun. Kemudian, sebanyak Rp 30 triliun di antaranya mengalami pencurian oleh nelayan asing.
"Kalau diestimasikan, kerugian negara yang timbul di sektor perikanan pada tahun 2020-2021 mencapai Rp 30 triliun dari potensi perikanan di Laut Natuna Rp 120 triliun per tahun," kata Antam kepada wartawan belum lama ini di Jakarta.
Selain itu, para nelayan asing, karena memiliki teknologi canggih. Sehingga berani berburu ikan di laut lepas, dengan kapal yang relatif kecil.
Nelayan asing punya kemampuan yang lebih dalam menangkap ikan. Peralatannya canggih. Mereka lebih berani. Dengan kapal hanya bermuatan 28 sampai 30 ton, mereka berani ke lautan
Antam Novambar menyebutkan, penangkapan terhadap 5 kapal tersebut dilakukan pada Kamis (8/4/2021) lalu.
Kegiatan pencurian ikan secara ilegal diam-diam marak terjadi di wilayah Papua, Maluku, Maluk Utara oleh kapal asing berbendera Indonesia. Negara pun dirugikan hingga triliunan rupiah.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus melakukan investigasi dan melakukan tindakan segera.
Terkait ditemukannya pencurian ikan atau ilegal fishing oleh nelayan asing di Papua, Maluku dan Maluku Utara yang merugikan negara mencapai angka triliunan rupiah.
Baca Juga: Anggota Brimob OAP Dianiaya OTK Hingga Tewas Di Papua
Pencurian ikan dan udang di perairan tiga provinsi itu banyak terjadi di perairan pantai selatan Papua. Kemudian Sorong, Fakfak, Kaimana, Halmahera Maluku Utara, Laut Seram Maluk Tengah.
Sepanjang tahun diprediksi akibat pencurian ikan, Indonesia mengalami kerugian senilai Rp 2 triliun per tahun.
Kementerian Kelautan dan Perikanan memprediksi setiap tahunnya Indonesia telah mengalami kerugian Rp 80 triliun akibat illegal fishing. Hal itu terbukti dengan beragam kasus illegal fishing yang kerap terjadi dengan berbagai modus kegiatannya baik oleh nelayan asing ataupun lokal.
Kapal-kapal asing biasanya mengelabui petugas dengan menggunakan bendera Indonesia. Ataupun menggunakan anak buah kapal (ABK) atau awak dari Indonesia.
Oleh karenanya perlu peningkatan anggaran bagi KK,TNI dan Kepolisian dalam kaitan peningkatan tugas pengawasan baik dari segi frekuensi maupun peralatan pendukung.
Kegiatan illegal fishing saat ini sudah sangat memprihatinkan dilakukan di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing yang berbobot besar dengan di dukung teknologi mutakhir.
Baca Juga: Edukasi Seks Sejak Dini Kepada Anak Perlu Dilakukan Orang Tua Dan Sekolah
Di sisi lain nelayan-nelayan kita kesulitan menangkap ikan karena minimnya alat tangkap dan beratnya biaya operasional.
Kegiatan pemberantasan illegal fishing dan destructive fishing dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen PSDKP) KKP RI pada tahun lalu.
Telah memeriksa 1.150 kapal, dan menangkap 39 (tiga puluh sembilan) kapal, terdiri dari 11 (sebelas) kapal berbendera Indonesia dan 28 (dua puluh delapan) kapal berbendera asing.
Karena itu masyarakat Indonesia harus mendukung pertahanan Militer Indonesia. Khusus warga di daerah perbatasan terluar NKRI. Seperti Natuna.
Agar. Penekanan terus ditingkatkan. Sehingga benar-benar China tak lagi menggangu Kedaulatan Indonesia di Natuna Utara. Dan kawasan Indonesia lainnya.
(Sumber: , Zonajakarta.com dan Referensi lain).
Penulis adalah Jurnalis . Mantan Ketua PWI Perwakilan Sorong. Ketua Dewan Kehormatan PWI Perwakilan Sorong. Juara 2 Kompetisi Jurnalis BRI Pusat Tahun 2021. Jurnalis Ubahlaku Diadakan oleh Kementerian Kominfo RI.
Baca Juga: BIN Bantah Laporan CAR Soal 2.500 Mortir Ke Papua
Baca Juga: Pansel Bawaslu Papua Barat Akan Bekerja Keras Untuk Capai Hasil Maksimal