unescoworldheritagesites.com

Fungsionaris Golkar Alamsyah Tegaskan Para Caleg Konsentrasikan Kemenangan di Pileg Ketimbang Mikirin Munaslub - News

Fungsionaris Pusat Partai Golkar Alamsyah (kanan) saat bersama Waketum DPP Partai Golkar Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan Partai Golkar lebih berkonsentrasi kepada Pemilu 2024 ketimbang memikirkan wacana Munaslub Golkar yang tidak ada dasar konstitusi partai oleh oknum partai (AG Sofyan )

 
: Fungsionaris Pusat Partai Golkar Alamsyah S.Sos,  MI.Kom menegaskan Partai Golkar lebih berkonsentrasi kepada pemenangan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 ketimbang memikirkan wacana Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar yang tidak ada dasar konstitusi partai oleh oknum partai.
 
Alamsyah menekankan justru seluruh kader Partai Golkar lebih kompak dan solid bagaimana memenangkan agenda Pemilu 2024, dari Pemilu Legislatif (Pileg), Pemilu Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada).
 
"Kami sebagai kader dan fungsionaris Partai Golkar menegaskan di akar rumput tetap kompak dan solid menyambut dan memenangkan Pemilu 2024 siap siaga dengan kekuatan penuh untuk meyakinkan masyarakat bahwa Partai Golkar adalah kekuatan parpol yang terbaik, dengan pengalaman kader-kadernya yang teruji di tengah-tengah rakyat saat terpilih sebagai anggota legislatif, gubernur, wali kota, dan bupati serta presiden maupun wakil presiden," tegas Alamsyah kepada  di Kampus IBI Kosgoro 1957.
 
 
Alamsyah juga mengaku dan menjamin seluruh kader Golkar tidak begitu memusingkan wacana Munaslub yang terus diframing oleh oknum "petugas" partai yang tujuannya justru mengkerdilkan dan memperlemah posisi Golkar di Pemilu 2024.
 
"Jadi tujuannya justru bukan membesarkan partai tetapi sebaiknya memperlemah posisi partai jelang pemilu 2024. Tujuan mendesak-desak Munaslub itu hanya ingin mendongkel Ketum Airlangga dari Golkar 1 dengan dalih jika berhasil diganti Ketum baru, Golkar akan mendapatkan elektoral tinggi adalah pandangan sesat. Sesat berfikir bahwa mereka melakukan manuver seperti itu justru akan memecah persatuan partai dan sangat merugikan Partai Golkar," beber Wakil Sekjen PPK Kosgoro 1957 ini.
 
Alamsyah juga mengingatkan peristiwa di mana Golkar saat itu juga terjadi dualisme kepemimpinan yang banyak menimbulkan kemadharatan ketimbang kemanfaatan bagi internal partai dan menurunkan elektoral.
 
 
"Bagaimana rakyat mau memilih partai kita jika para elitnya saja tidak guyub, rukun, dan damai. Kita harus ingat peristiwa waktu jangan kembali terulang saat sekarang. Jangan sakiti kepercayaan rakyat yang begitu menginginkan Golkar kembali menjadi kekuatan politik memimpin Indonesia ke depan dengan manuver-manuver yang kontraproduktif," ucap Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) DPRD Provinsi Jawa Barat Dapil Kota Depok dan Kota Bekasi) ini.
 
Terlebih lagi manuver dari Bahlil Lahadalia yang sekarang jadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang bernafsu ingin merebut kursi Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang sah dengan mendompleng wacana Munaslub.
 
Menurut Alamsyah, Bahlil Lahadalia tidak memiliki etika dan moral politik jika syahwat politiknya untuk mengganti Airlangga tidak terbendung melalui Munaslub. 
 
 
Alasannya karena Bahlil sudah bukan lagi kader partai berlambang pohon beringin.  
 
"Bahwa dia pernah di Golkar dan jadi pengurus Golkar Provinsi Papua kita tahu. Namun dia (Bahlil) tidak tercatat sebagai kader Golkar sejak dia jadi menteri. Dia menjadi menteri bukan atas usulan partai yang dipimpin Ketua Umum Airlangga Hartarto ini. Dan dia juga sudah mengakui tidak lagi menjadi bagian dari Partai Golkar sejak 10 tahun lalu. Itu dia sampaikan ke publik,” tutur Alamsyah.
 
Lalu jika sekarang mau mendompleng Munaslub, itu tidak masuk dalam nalar kita sebagai kader militan dan loyal Partai Golkar.
 
 
"Kader Golkar tidak seperti itu. Jadi itu tidak pantas dan patut disampaikan oleh menteri di kabinet Jokowi. Lalu siapa pula yang mau dipimpin Ketua Umum bukan kader Golkar lagi. Sudah pasti banyak yang menentangnya," ketus Alamsyah.
 
Selama di Golkar, yang dia ketahui bahwa mereka yang menjadi pemimpin partai atau elit partai adalah yang telah tercatat sebagai kader Golkar, aktif dan berkontribusi untuk kemajuan dan kebesaran partai.
 
"Tolok ukurnya sudah ada dalam aturan main di Partai Golkar yakni PDLT (Pengabdian,  Dedikasi, Loyalitas, dan Tidak Tercela). Tinggal lihat instrumen ini ada tidak kriteria Bung Bahlil di situ," ungkapnya.
 
 
Alamsyah kembali menekankan perintah 
Munas dan Rakernas Golkar 2023 lalu sudah sangat jelas dan gamblang bahwa target Partai Golkar adalah memenangkan Pileg, Pemilukada dan Pilpres 2024. 
 
"Menjadikan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Capres 2024 dan memenangkan Partai Golkar sudah menjadi keputusan bersama dan mengikat seluruh Kader Golkar di seluruh Nusantara. Jadi cukup patuhi, amankan, dan jalankan keputusan Munas dan Rapimnas Golkar," tandas Alamsyah yang juga dosen di IBI Kosgoro 1957 Jakarta. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat