unescoworldheritagesites.com

Di Tengah Ancaman Boikot, Juga Disoal Merusak Ekosistem Lingkungan - News

Foto ilustrasi: Istimewa

: Bangsa Indonesia mendukung penuh kemerdekaan Palestina dari pendudukan Israel. Oleh karena itu muncul seruan dari berbagai kalangan termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menghindari transaksi dan penggunaan produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme.

Seruan itu jelas akan berdampak pada sejumlah produk brand perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia. Belakangan yang  terus disorot media antara lain Mc Donald's, Starbuks, Danone, Coca Cola, Nestle.

Baca Juga: Fatwa MUI Haramkan Produk Israel, Ini Daftar Boikot Produk Pro Israel Termasuk Makanan Hingga Produk Kecantikan

Tidak hanya disorot di Indonesia, perusahaan multinasional seperti  Danone dari Perancis juga disorot karena dituding menjadi dalang utama perusak  ekosistem lingkungan di negeri asalnya.

Danone populer di Indonesia sebagai investor air minum dalam kemasan. Sekarang ini di Prancis, Danone dituding  sebagai penyebab krisis air yang mengguncang kawasan Auvergne, Prancis Tengah.

Masyarakat lokal marah karena gara-gara Danone, mereka terpaksa menghadapi pembatasan penggunaan air untuk kebutuhan usaha dan kebutuhan sehari-hari.

"Sejak grup Danone mengambil alih perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) Société des Eaux de Volvic pada 1993 lalu, penyedotan air tanah telah meningkat empat kali lipat," kata Edouard de Féligonde, pemilik peternakan ikan setempat (Euronews, 15/6).

"Bukan  kekeringan biasa yang kami hadapi, tapi kekeringan  yang berpengaruh hingga ke sumber daya untuk usaha ini," katanya.

Selama ini, Edouard de Féligonde merasa bangga memiliki peternakan Ikan Saint-Genest l'Enfant, yang dibangun oleh leluhurnya pada abad ke-17 di jantung Auvergne. Namun, kebanggaannya itu kini berubah menjadi kepahitan.

"Peternakan ikan Saint-Genest l'Enfant adalah yang tertua di Eropa dan satu-satunya yang diakui sebagai monumen bersejarah. Namun, peternakan ikan ini sekarang benar-benar kering," keluh Edouard de Féligonde, sambil memimpin jurnalis  berkeliling di propertinya.

Menurutnya, aliran sungai ke peternakan ikan yang dulu mengalir lancar, kini nyaris mengering, dan kolam-kolam ikan kosong, kecuali beberapa yang diisi dengan air stagnan untuk mencegah erosi dasar kolam.

Dikatakannya, bisnisnya kian terpuruk sejak Danone dan anak perusahaannya, Société des Eaux de Volvic, yang sumber penyedotan mata airnya berdekatan dengan propertinya, telah menyebabkan susutnya air tanah.

Tak pelak, krisis air ini telah mendorong Edouard de Féligonde memulai perjuangan hukum melawan Danone dan otoritas publik yang mengeluarkan izin penyedotan air tanah di kawasan tersebut.

Sejauh ini, Danone membantah bahwa operasi bisnis AMDK mereka telah mengurangi debit air tanah di sana. Bantahan ini juga didukung oleh dinas terkait yang lucunya malah menduga ‘perubahan iklim’ sebagai penyebabnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat