unescoworldheritagesites.com

Di Jakarta Tak Ada Warga Miskin Ekstrem, Aktifis Pertanyakan Kinerja BPS - News

Pemulung  di satu kawasan di Jakarta  Pusat sebut  di Jakarta tak ada kemiskinan ekstream



Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  Peduli Jakarta kembali menyusuri kampung untuk mencari lokasi warga kategori miskin ekstrem dengan pengeluaran Rp 11.633 per hari atau Rp350ribu per bulan.
Kali ini, yang dipilih adalah wilayah Jakarta Pusat.

Eksekutif Direktur Peduli Jakarta Melny Nova Katuuk, atau akrab disapa Nova mengatakan, timnya bertemu dengan manusia gerobak dan pemulung sampah di kawasan Kampung Rawa, TPS Galur RT 0010 RW 04.

Nova menyampaikan, yang pertama mereka wawancarai yakni dua orang pemulung gerobak.

Baca Juga: Heru Budi Hartono Sebut Kemiskinan Ekstrem di Jakarta Tidak Ada

Menurut Nova, kedua orang tersebut merupakan warga Karawang dan tidak memiliki KTP Jakarta.

Nova menyampaikan bahwa keduanya mengaku berpenghasilan di atas Rp50ribu-100ribu per hari.

 Menurutnya, mereka makan dua sampai tiga kali dalam sehari dengan kisaran biaya Rp10 000 sampai Rp15 000 per sekali makan.

 Sehingga, lanjut Nova, jika ditotal biaya makan dua kali sehari bisa mencapai Rp20ribu sampai Rp30ribu.

Baca Juga: Kemiskinan Ekstrem dan Stunting, Menko PMK Minta Dana Desa Maksimalkan Guna  Penanganan 

"Ada namanya kita sebut inisialnya Pak S, Beliau sudah tinggal di Jakarta hampir 20 tahun. Istrinya Masih hidup dan punya 5 orang anak. 3 orang anaknya tinggal di Jakarta.

"Tapi Pak S ini lebih suka tinggal di jalan dari pada dengan anak-anaknya," ujar Nova kepada wartawan di Jakarta, Jumat (17/2/2023).

"Pak S ini bisa mengirimkan uang bulanan kepada istrinya di Karawang senilai satu juta rupiah per bulan. Jadi pemulung barang bekas ini bukan masyarakat miskin ekstrem," tuturnya.

Baca Juga: HUT Ke 22 Baznas, Pengumpulan Dana ZIS Tembus Rp26 T Intervensi Pengentasan Kemiskinan Ekstrem Dimasifkan


Kemudian, Nova menjelaskan, timnya melanjutkan penyusuran ke area pembuangan sampah di TPS Galur RT 10/ RW 04. Di tempat ini, kata Nova, pemulungnya tidak berkenan diwawancarai.

Nova mengatakan, meski demikian pihaknya kami berhasil mewawancarai mantan Ketua RW O6, Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Husnan Hendriadi yang pernah menjabat ketua sejak tahun 2017 hingga 2022.

"Beliau mengakui mengenal banyak pemulung di tempat pembuangan sampah Galur. Tetapi ketika ditanya apakah mereka miskin ekstrem, Pak Husnan mengatakan tidak," tuturnya.

 

Baca Juga: Belasan Janda Miskin di Lobar dibantu RST dan tiga Ponpes melalui Skema RKB

"Pak Husnan sendiri tidak setuju dengan istilah miskin ekstrem, menurutya istilah ini ambigu. Mengapa? Karena, menurut Pak Husnan para pemulung ini kebanyakan berpenghasilan di atas Rp 50.000 ke atas/hari," ucapnya.

Nova menuturkan, para pemulung tersebut bisa mengumpulkan 30 kg sampah per hari meskipun harga jual sampah bisa berbeda-beda. Umumnya, lanjut Nova, yang dikumpulkan adalah sampah botol plastik kardus, besi tua, dan kertas.

"Pak Husnan heran Masih ada yang penggolongan masyarakat miskin ekstrem. Kata Pak Husnan, para pemulung memang miskin tetapi bukan miskin ekstrem," tuturnya.

Baca Juga: Peringatan HUT RI, Malam Kesenian Yang Miskin Seni Tradisional

"BPS kemana? mestinya turun langsung, blusukan ke lapangan sebelum mendata masyarakat miskin. BPS juga perlu mengkaji dan mengevaluasi kembali sampel di lapangan sehingga kredibilitas data terjamin akurasinya," ucapnya. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat