unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Mendapat Petunjuk - News

•	Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

: “Inna rabbana huwa a’lamu biman dalla ‘an sabilihi wa huwa a’lamu bil muhtadin” (QS: Al-Qalam 7). Artinya: “Sungguh Tuhan mu, Dia lah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lah yang paling mengetahui siapa orang yang mendapat petunjuk

Kegelapan adalah menyesatkan dan awal kehadiran manusia adalah realitas kegelapan sehingga ada penerang yang dibutuhkan untuk menyusuri kegelapan dalam kehidupan manusia. Terkait hal ini, Allah SWT mewahyukan firman-Nya kepada nabi dan rosul-Nya untuk menjadikan penerang dalam kegelapan kehidupan manusia. Jika diruntut ke belakang, puasa ramadhan merupakan salah satu bentuk ‘penerang’ yang dibutuhkan manusia. Betapa tidak, ketika kita terjebak dalam nafsu duniawi setahun terakhir, baik yang kecil atau besar, baik yang disengaja atau tidak, baik yang dilakukan secara sendiri ataupun kolektif, maka itu semua jelas membutuhkan “penghapus”. Meski demikian, mendapatkan ‘penghapus’ itu juga tidak mudah dan karenanya puasa ramadhan menjanjikan dapat menghapus dosa setahun kemarin meski dengan perjuangan menahan hawa nafsu sebulan penuh.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Memang ada banyak amalan sunah dan wajib yang bisa menghapus dosa-dosa kita, namun amalan-amalan tersebut harus bisa dilakukan secara kontinu. Ironisnya, rutinitas kehidupan kita terkadang menjadikan kita mengabaikan itu semua. Oleh karena itu, Allah SWT memberi kesempatan kepada umat untuk tidak mengabaikan kesempatan yang telah diberikan-Nya dan kesempatan itu adalah dalam bentuk perintah ibadah yang bersifat rutin tahunan yaitu ibadah puasa ramadhan. Selain itu, ada juga beberapa perintah ibadah rutin tahunan sebagai bentuk kemurahan yang diberikan Allah SWT kepada kita semua sebagai bentuk cinta-Nya kepada kita. Oleh karena itu, sungguh sangatlah disayangkan jika kita mengabaikan kemurahan yang disediakan-Nya, sementara kita lebih memburu kenikmatan duniawai yang fana, semu dan cenderung melenakan karena sifatnya hanyalah sesaat.

Dari perjalanan panjang kehidupan ini, sayangnya, tidak banyak umat manusia yang sadar untuk menerima ‘petunjuk’ sebagai bentuk ‘penerang’ untuk mengarungi kehidupan yang tidak lama ini. Mereka yang mendapat hidayah tentu akan mengubah jalan hidupnya, sedangkan yang lalai dari hidayah-Nya akan terus berkubang dengan bujuk rayu setan dan mengubur dirinya dengan lautan dosa. Oleh karena itu, wajar jika banyak umat yang mendustakan petunjukan yang telah diberikan-Nya kepada para nabi - rosul. Hal ini ditegaskan dalam QS Al-Mulk 18 yaitu: “Wa laqad kazzabal lazina ming qablihim fakaifa kana nakir” yang artinya: “Dan sungguh orang-orang sebelum mereka pun telah mendustakan (rosul-rosul Nya), maka betapa hebat kemurkaan-Ku”

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Kerahasiaan Individu dengan Allah SWT

Ancaman murka Allah SWT kepada semua orang yang mendustakan petunjuk yang diberikan-Nya menjadi warning bagi kita semua untuk selalu mencari petunjuk dan hidayah-Nya agar kita menjadi orang-orang pilihan yang berhak mendapatkan tiket kemenangan akbar yaitu surga. Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita semua terus meningkatkan keimanan - ketakawaan dengan menyeru amar ma’ruf nahi munkar. Melakukan ibadah di bulan ramadhan menjadi salah satu langkah tepat untuk mendapatkan petunjuk-Nya. Meski demikian, janji Allah SWT juga menyasar kepada umat-Nya di dunia yang memang tidak mampu dengan pengecualian tertentu. Jadi, selagi kita masih diberikan kemampuan maka tidak ada alasan untuk mengabaikan dan menjalankan semua perintah-Nya untuk bisa merefleksikan sebagai umat yang beriman dan taat kepada semua aturan dan larangan-Nya. ***

  • Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat