unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Iptek di Sekitar Kita - News

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

: “Wash na ‘il fulka bi-a’yuninaa wa wahyinaa wa laa tukhaathibnii fil-ladziina zhaalamuu in-nahum-mughraquun”(QS. Hud 37). Yang artinya: “Buatlah bahtera dengan pengawasan dan wahyu dari kami. Tak ada perlunya kamu bicarakan dengan-Ku mengenai nasib orang-orang yang durhaka itu sebab mereka pasti akan ditenggelamkan”.

Ayat tersebut menunjukan bahwa pada proses kesederhanaan ini (baik akal dan peralatan), ternyata manusia (seijin Allah SWT) sudah bisa menciptakan suatu sistem transportasi yang bisa mengatasi krisis (banjir). Secara eksplisit, hal ini menunjukan dalam kondisi kesederhanaan ternyata teknologi tetap bisa memberikan manfaat. Lalu tidakkah ada suatu pemikiran untuk menelaah kemanfaatan atas teknologi bagi sesuatu yang lebih besar, yaitu keimanan dan ketakwaan? Bagaimana riilnya?

Pernyataan tersebut menunjukan bahwa sisi proses pengembangan iptek tidak bisa hanya diberikan kepada penyelesaian suatu kasus saja, tapi seringkali suatu pengembangan iptek justru dimulai dari adanya suatu kasus. Diciptakannya suatu penghapus karena ada pensil sehingga ketika orang salah menulis bisa untuk dihapus. Kehadiran komputer karena ada mesin tik, begitu juga kehadiran mobil karena lahirnya sepeda terlebih dahulu.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Memerangi Kebodohan

Artinya, manusia memang dituntut untuk proaktif dalam mensikapi semua probelmatika kehidupannya. Dengan kata lain, kalau ada suatu kasus yang terkait dengan aplikasi iptek maka sudah sewajarnya kalau kemudian harus mengantisipasi adanya kasus-kasus lain yang terkait dan realita ini menunjukan bahwa mereka yang proaktif memang terasa lebih siap untuk berkembang dibandingkan dengan mereka yang reaktif.

Refleksi terhadap pentingnya tuntutan untuk proaktif pada dasarnya sejalan dengan tuntutan Allah SWT agar manusia terus berikhtiar seperti tertuang di QS.Ar-Ra’d: 11 yang artinya: ”Sesungguhnya Allah tak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri”.

Pemahaman ini menunjukan sisi tantangan bagi manusia, yaitu kalau reaktif maka ada konsekuensi yang harus diterima dan begitu juga sebaliknya kalau mereka proaktif (yang berarti mempunyai iptek) maka ada konsekuensi yang harus juga diterima. Persepsian proaktif dan reaktif pada dasarnya menggambarkan kesiapan untuk menghadapi semua perubahan yang ada dan pastinya mereka yang siap berubah (proaktif) akan bisa lebih survive dibanding mereka yang tidak proaktit atau justru reaktif dalam menghadapi semua tuntutan perubahan masa depan dan iptek.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Keadilan & Keimanan

Terlepas dari berbagai konsekuensi yang harus diterima, bahwa penguasaan iptek kini merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar oleh umat islam. Oleh karena itu, wajar kalau umat Islam banyak dituntut untuk bisa mengembangkan kemampuan iptek sehingga bisa menjadi leader dan bukannya justru menjadi adopter atas iptek yang ada. Hal ini memang menjadi tantangan bagi kita, termasuk juga tantangan bagi keimanan - ketakwaan.

Artinya, rutinitas dalam kehidupan kita pada dasarnya tidak bisa lepas dari peran iptek sehingga semua kejadian tersebut harus direnungkan tentang makna yang ada agar menjadi proses pembelajaran untuk memahami kuasa-Nya. Selain itu, memahami semua kejadian di dunia ini juga dapat meningkatkan keimanan seseorang, tinggal bagaimana kita mensikapi. Oleh karena itu, penguasaan iptek di era kekiningan justru semakin menyadarkan semua bahwa keberadaan iptek sangat membantu dalam aktivitas keseharian, termasuk untuk dakwah. Hal ini menjadi pembelajaran untuk terus mengembangkan iptek di semua bidang tanpa terkecuali. ***

  • Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat