unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Memerangi Kebodohan - News

• Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

:Walladziina jaahaduu finaa lanahdiyanahun subulanaa wa in-nallaha lama ‘al muhsinin” (QS. Al-Ankabut 69). Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan kami benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami dan sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang berbuat baik”.

Salah satu tuntutan bagi umat muslim yaitu berjihad. Meskipun demikian, banyak cara yang dapat dilakukan untuk berjihad. Artinya, jihad bisa dilakukan sesuai kondisi kemampuan, baik itu dengan harta maupun tenaga. Pemahaman ini menunjukan bahwa Islam tidak membatasi umatnya berjihad selama yang dilakukannya hanyalah demi Allah SWT semata. Oleh karena itu, sangatlah beralasan kalau sebenarnya kita punya sisi peluang bagi optimalisasi jihad.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Bekerja adalah Ibadah

Ironisnya, terkadang pemahaman jihad dilihat dari persepsi sempit serta heroik. Padahal, jihad juga harus disesuaikan dengan setting situasi dan kondisi. Fakta yang ada akhirnya bisa memicu sentimen negatif terkait sebutan jihad itu sendiri karena kemudian ini mendiskriditkan dengan sebutan kelompok Islam garis keras. Selain itu persepsian yang salah justru memunculkan konotasi radikalisme yang juga tendensinya merubah ke idiologi negara. Salah kaprah ini memang harus diluruskan agar tidak semakin menyimpang jauh.

Salah satu tantangan jihad yang harus dilakukan di era now adalah pemberantasan kebodohan sebab kebodohan sangat dekat dengan kemunkaran dan ini akan sangat membahayakan bagi penegakan syariat Islam. Oleh karena itu, pemberantasan kebodohan merupakan acuan untuk bisa memberikan kondisi perbaikan taraf hidup masyarakat. Padahal, kita sangat yakin bahwa perbaikan taraf hidup merupakan aktualisasi dari pendewasaan dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan (implisit dari pengentasan kemiskinan).

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Keteguhan & Keimanan

Dengan kata lain, ada sisi hubungan yang erat antara pemberantasan kebodohan dengan pengentasan kemiskinan. Hal ini juga semakin relevan dengan kondisi di sekitar kita dimana jumlah kemiskinan makin bertambah, termasuk misalnya dampak dari kenaikan harga BBM dan belit inflasi, termasuk juga dampak pandemi 2 tahun kemarin sehingga banyak PHK yang kemudian menambah daftar kemiskinan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Pemahaman tersebut menunjukan tantangan yang harus diemban oleh umat Islam yang sangat berat. Meski demikian, kita yakin manusia dengan berbagai sisi kemampuannya dari bentuk hidayah yaitu hidayah al-wijdan atau hidayah al-ilham (instink dan naluri), hidayah al-hawas (indera), hidayah al-‘aal (akal rasio), hidayah al-wawhyi (agama), dan juga hidayah al tawfig ataupun al-ma’unah (pertolongan dari Allah SWT) akan mampu menerangi semua tantangan tersebut. Selain itu, adanya potensi dan juga posisi manusia sebagai khalifah secara tidak langsung justru menunjukan tentang aktualisai peran manusia di semesta. Jadi, esensi manusia dan kemanusian akan menyatu sehingga menciptakan yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan semesta.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Halal dan Haram

Realitas tentang kondisi dan urgensi untuk memerangi kebodohan dan kaitannya dengan aktualisasi jihad, maka keberhasilan dalam pencapaian itu semua sangat tergantung pada bagaimana komitmen semua pihak, terutama umat Islam. Dalam kaitan ini, maka puasa hanyalah sarana yang memupuk keimanan sementara kokohnya keimanan akan sangat mendukung pada aktualisasi jihad, yaitu tidak saja memberantas kondisi kebodohan, tapi juga kemiskinan demi kokohnya syariat Islam dan juga kesejahteraan umat. Artinya, jihad adalah perspektif yang makro dan kompleks, bukan sempit. ***

  • Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat