unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Menghormati Orang Tua - News

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

: "Wa qadhaa rab-buka al-laa ta 'buduu il-laa iy-yaahu wa bil waalidaini ihsaana immaayablughan-na 'indaka lkibara ahaduhumaa au kilaahumaa falaa taqul-lahumaa uffiw-wa laa tanharhumaa wa qullahumaa qaulan kariima " (QS.Al- Isra 23). Yang artinya: “Dan Tuhanmu telah menetapkan keputusan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan supaya kamu berbakti kepada ke-2 orang tuamu. Jika salah satu lanjut usia jangan pula membentaknya, tetapi ucapkan pada mereka perkataan yang sopan".

Ketika kita kecil kita sering kali mendengar cerita legenda tentang Malin Kundang. Selain itu, ketika kita menjadi orang tua kita juga sering kali menceritakan kembali ten­tang nilai legenda tersebut kepada anak kita. Secara eksplisit kita tahu bahwa nilai legen­da tersebut terfokus pada bagaiamana agar anak tidak durhaka kepada orang tua sebab kedurhakaan sangat berbahaya, yaitu tidak saja menjurus pada kesombongan individu (anak) tapi juga mengakibatkan dosa besar yang dilaknat oleh Allah S WT.

Apa yang terjadi pada kisah masa lalu tersebut ternyata masih ada dan terjadi di era kekinian. Bahkan, ada juga pernyataan di masyarakat Jawa yaitu anak polah bopo kepradah yang artinya perilaku negatif anak justru bisa berakibat fatal bagi orang tua dan kasus RAT yang viral sebulan kemarin menjadi bukti sehingga ada tendensi ketidakberesan di Kemenkeu.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Al-Qur’an dan Kehidupan

Selain gambaran legenda Malin Kundang, kita juga meyakini ada suatu perumpamaan bahwa surga itu ditelapak kaki ibu yang tidak lain menggambarkan bahwa kita harus patuh dan juga hormat kepada ibu (orang tua). Termasuk juga dalam kaitan ini, bahwa anak haras lebih patuh kepada ibu (meski tidak berarti mengabaikan peran dari ayah). Artinya, bahwa sisi perumpamaan yang disampaikan diatas menunjukan bahwa berbakti kepada orang tua tidak bisa diabaikan sebab hal ini sekaligus menjadi suatu sisi pemacu bagi rasa keimanan dan ketakwaan secara sistematis.

Aktualisasi pemahaman diatas pada dasarnya menun­jukan bahwa anak yang sholeh selalu menjadi dambaan orang tua sebab anak yang sholeh menjadi faktor penting bagi keluarga dan penerus amalan kita. Dalam hal ini Allah berfirman di QS. At-Tahfkrim 6, yang artinya:  "Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan juga keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu". Yang dapat kita petik dari ayat ini bahwa anak yang sholeh bisa menjadi suatu stimulus bagi keimanan ketakwaan, terutama dikaitkan dengan nilai amalan doa anak yang sholeh (yang tidak pernah putus).

Adanya nilai keterkaitan yang san­gat erat antara aspek keimanan dan ketakwaan terhadap sisi proses pembentukan akhlak yang mulia dari anak yang sholeh, maka Allah SWT menuntut pada semua umat-Nya untuk memberikan pendidikan yang terbaik sebab hal ini maka itu semua dapat men­jadi muara pemikiran tentang nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Realitas dalam mencapai tahapan ini akan menjadikan anak beriman dan patuh kepada orang tua yang sekaligus mampu membanggakan bagi orang tua.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Nuzulul Qur’an

Yang menarik, di era kekinian, ternyata mendidik anak untuk patuh kepada orang tua atau menjadi anak sholeh kian rumit. Salah satu faktor yang menjadi kendala untuk mampu mencapai itu adalah keberadaan tv dan informasi sehingga anak cenderung terkooptasi oleh tv dan informasi yang bisa diakses dengan mudah lewat internet. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika kini banyak orang tua yang semakin resah dengan perkembangan anak-anak akibat terpaan medsos dan juga informasi. ***

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat