unescoworldheritagesites.com

Jokowi: Untuk Kepentingan Anak Cucu, Transisi Energi Mutlak Tak Bisa Ditunda - News

Foto: Kolase tangkapan layar YouTube.

JAKARTA: Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan perhatian serius terhadap masalah transisi energi yang cepat atau lambat harus dilakukan. Bagaimanapun peralihan menuju energi yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim, yang perlu mendapat dukungan semua pihak. 

Itulah sebabnya, Presiden merasa perlu memberikan arahan kepada Dewan Komisaris dan Direksi PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (16/11/2021) lalu. Video rekaman pengarahan Presiden berdurasi 28 menit, 11 detik tersebut di-upload di YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (20/11/2021).

Presiden Jokowi menjelaskan, dari hasil pertemuan G20 Roma dan COP26 Glasgow, suatu saat penggunaan energi mineral fosil pada suatu titik akan disetop. Oleh sebab itu Pertamina dan PLN harus siap-siap bahwa transisi energi ini memang harus dimulai dan tidak bisa ditunda-tunda. 

Presiden pun mendorong Pertamina dan PLN agar menggunakan waktu yang masih ada sebaik-baiknya untuk memperkuat fondasi menuju ke transisi  energi. "Dan, memang untuk kepentingan yang lebih baik, untuk anak-cucu kita. Jadi, mau tidak mau, yang namanya transisi energi menuju ke sebuah energi hijau itu harus, itu udah enggak bisa tawar-menawar," ujar Presiden.

Menurut Kepala Negara, tugas Pertamina dan PLN untuk mencari teknologi yang paling murah dalam menuju transisi energi. "Dan ini adalah kerja cepat-cepatan, karena siapa yang bisa mengambil peran secepatnya, itu yang akan mendapatkan keuntungan," ungkapnya. 

Presiden juga mendorong Pertamina dan PLN untuk segera menyiapkan perencanaan transisi energi dari energi fosil menjadi energi hijau. “Ini yang harus mulai disiapkan, mana yang bisa digeser ke hidro, mana yang bisa digeser ke geotermal, kemudian mana yang bisa digeser ke surya, mana yang bisa digeser ke bayu,” ujarnya.

Presiden melihat, sekarang ini dari total energy supply itu, 67 persen disuplai batu bara (coal), 15 persen fuel, dan 8 persen gas. Kalau Indonesia bisa mengalihkannya ke energi yang lain, misalnya mobil dan gas rumah tangga  diganti listrik semuanya, maka suplai dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina pun menjadi turun. 

"Gol besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita, yang sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan, karena problemnya impor minyak kita terlalu besar sekali," kata Presiden.

Hal itu akan mempengaruhi currency (mata uang) kurs rupiah atas dolar AS. Karena setiap bulan Pertamina harus menyediakan uang rupiah untuk membeli dolar di pasar dengan jumlah yang sangat besar. "Oleh sebab itu, kenapa kita ingin mendorong yang namanya mobil listrik dan kompor listrik," kata Presiden.

Strategi Besar 

Terkait investasi, Presiden mendorong jajarannya untuk tidak mempersulit masuknya investasi kepada Pertamina dan PLN. Presiden menilai, jumlah investasi yang ingin diberikan kepada Pertamina dan PLN dinilai sangat banyak.

“Keputusan investasi boleh oleh perusahaan, tetapi pemerintah juga memiliki strategi besar untuk membawa negara ini ke sebuah tujuan yang kita cita-citakan bersama,” ucap Presiden dikutip dari BPMI Setpres di laman resmi Presiden RI.

Presiden mengatakan, dunia cepat mengalami perubahan sehingga rencana besar yang tengah dilakukan dapat berubah menyesuaikan keadaan. Oleh karena itu, Presiden berharap agar kesempatan investasi dari luar harus terbuka seluas mungkin.

“Sekali lagi kesempatan untuk investasi di Pertamina, kesempatan untuk investasi di PLN itu terbuka sangat lebar kalau Saudara-saudara terbuka, membuka pintunya juga lebar-lebar,” kata Presiden.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat