unescoworldheritagesites.com

HIKMAH RAMADHAN: Ibadah dan Kebahagiaan - News

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)

Oleh: Edy Purwo Saputro

: "Tilkad-daarul aakhiratu naj 'aluhaa lil-ladziina laayuriiduuna 'uluw wanfilardhiwa laafasaadan wal 'aaqibatu lilmut-taqin. Man jaa-a bilhasanatifalahuu khairumminhaa wa manjaa-a bis say-yi-atifalaayujzalladziina 'amilussay-yi-ati illaamaakaanuu ya'-maluun "(QS. Al-Qashash 83-84). Yang artinya: "Inilah surga yang pernah kamu dengar. Kami jadikan kenikmatannya bagi orang-orang yang tidak sombong dan merusak di permukaan bumi. Surga adalah akibat yang baik bagi orang-orang yang takwa. Orang-orang yang datang dengan membawa amal kebajikan maka imbalannya lebih baik dari amalannya, sebaliknya yang membawa kejahatan maka imbalannya hanya sebanding dengan kejahatannya''.

Tak bisa dipungkiri bahwa aktualisasi peran manusia adalah untuk selalu beribadah menjalankan semua perintah-Nya secara sistematis dan komprehensif tanpa adanya perkecualian. Artinya, manusia tidak diperkenakan untuk menciptakan ritual peribadatan sendiri yang tidak sesuai perintah-Nya. Paling tidak larangan ini terlihat dari sabda Rasullulah: "Barang siapa yang mengerjakan ibadah-amaliah yang tidak sesuai dengan perintahku maka hal itu akan tidak diterima " (HR. Bukhori).

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Alam dan Kehidupan

Oleh karena itu, di penghujung ramadhan ini maka perlu menjadi renungan bagi kita semua tentang bagaimana ibadah dan amalan yang telah kita lakukan sebulan ini dan juga setahun terakhir. Di akhir ramadhan ini menjadi sangat penting bagi kita mencari celah yang sekiranya masih bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan kualitas amalan kita. Jaminan kualitas keimanan secara tidak langsung akan menjadi pondasi untuk menjalani hidup dan kehidupan yang lebih baik lagi di masa depan pasca lebaran.

Realitas tersebut menunjukan bahwa format peribadahan adalah sesuatu yang sudah ada secara jelas, baik dari petunjuk teknis (juknis) atau petunjuk pelaksanaannya (juklak) dan sekaligus inilah yang membedakan antara peribadahan yang mutlak dari Allah SWT dan ibadah "made in manusia" yang bertentangan dengan syariat Islam. Salah satu format dari peribadahan adalah puasa ramadhan yang mempunyai kandungan sangat besar dan sekaligus menjadi tantangan untuk dapat memerangi hawa nafsu.

Sampai hari ini, alhamdulillah kita semua masih dapat menjalankan ibadah puasa ramadhan, meski tantangan dan godaan cenderung semakin kuat termasuk, misal godaan konsumerisme. Oleh karena itu, kita berharap sampai akhir dari ramadhan semoga kita semua diberikan kekuatan untuk mencapai kemenangan Idul Fitri. Lebaran bukan akhir ramadhan tetapi awal dari komitmen selalu berbuat lebih baik lagi setelah melewati ujian selama ramadhan sebulan kemarin.

Baca Juga: HIKMAH RAMADHAN: Pentingnya Bersyukur

Pemahaman tersebut menunjukan bahwa ibadah merupakan aktualisasi terhadap jalinan hubungan dalam dimensi vertikal (Hablun min-allah) dan horisontal (hablun min al-nas). Puasa secara harfiah - riil merupakan wujud hubungan vertikal - horisontal sebab aktualisasinya tidak saja akan menjanjikan pahala dari Allah SWT (karena Allah sendiri yang akan menilai kualitas puasanya) dan akses interaksi dengan sesama manusia dalam bentuk penyerahan zakat dan juga bentuk jalinan kemanusiaan lainnya. Implementasi tentang pentingnya peribadatan puasa sebagai bentuk peribadahan yang diperintahkan Allah SWT pada dasarnya menunjukan manusia sebagai hamba Allah SWT harus selalu menunaikan peribadahan secara ikhlas demi keimanan.

Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi kita untuk mencapai derajat yang mulia dan ikhlas untuk mencari jalan surga yang penuh nikmat seperti yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Semoga diakhir ramadhan ini, kita semua mendapat berkah dan hidayah-Nya dan mampu mencapai keberhasilan ibadah ramadhan yang terbaik demi perilaku terbaik pasca lebaran. ***

Edy Purwo Saputro - Dosen Program Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat