unescoworldheritagesites.com

Demokrasi Era Now - News

Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi,  Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (Ist)


Oleh: Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi

: Jangan remehkan netizen dan kemurkaan netizen dengan kekuatan di
jejaring medsos pada dasarnya tidak lepas dari perilaku arogansi - hedonisme yang dipertontonkan. Hal ini terlihat dari sejumlah kasus kemarin yang melibatkan sejumlah aparat.

Oleh karena itu menuju pilpres 2024 maka arogansi kekuasaan dan kekuatan  haruslah diredam karena bisa menjadi blunder bagi elektabilitas. Kekuasaan - jabatan bisa menjadikan seseorang berperilaku arogan karena dilingkupi kemudahan akses dan  keistimewaan di peradilan - hukum.

Logis jika arogansi pejabat selalu identik dengan kekuasaan dan jabatan karena ini memberikan keleluasaan untuk bermain - dipermainkan. Selain itu, aspek kekuasaan dan jabatan juga memungkinkannya untuk mendapatkan harta, kemewahan dan potensi kekayaan lainnya. Imbasnya adalah perilaku hedonisme. Meskipun demikian, ditengah  endemi dan kesulitan ekonomi pasca pandemi tentunya menjadi tidak selaras dan pasti akan
memicu kecemburuan sosial.

Baca Juga: Pendidikan dan Kualitas SDM

Fakta dibalik hedonisme dan arogansi sejumlah oknum pejabat memang tidaklah pantas untuk dipertontonkan dan karenanya beralasan jika Presiden Jokowi melarang semuanya untuk pamer harta dan kemewahan, flexing dan berperilaku hedon. Disisi lain, netizen juga tidak mau tinggal diam yang kemudian memposting di medsos sejumlah perilaku hedon dan flexing yang dilakukan. Imbasnya, kepatutan, kepantasan dan kewajaran dari perolehan harta mereka diusik KPK.

Sekali lagi, jika tidak dengan kekuatan netizen di era now maka bukan tidak mungkin  perilaku hedonisme dan arogansi sejumlah aparat di republik ini masih akan terus terjadi dan pastinya akan semakin mencederai keadilan sosial dan berujung kepada rasa kecemburuan sosial. Padahal, jika ini tidak diantisipasi maka akan berdampak sistemik terhadap kehidupan bermasyarakat dan bersosial.

Fakta dibalik kekuatan netizen juga terbukti dari kasus viral seorang oknum aparat yang menendang pemotor seorang ibu yang berboncengan dengan anaknya beberapa waktu lalu. Tidak berselang lama setelah viral akhirnya ditangkap. Bahkan aparat itu menemui Ibu Sri dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.

Baca Juga: Qurban di Era Now

Andai tidak viral pasti Ibu Sri juga tidak akan berani melaporkan kasus yang dialaminya dan fakta rekaman jelas menunjukan arogansi sehingga perilaku arogansinya harus terkurung di tekanan viral di medsos. Menuju pilpres 2024 tentu netizen akan semakin cermat memantau apapun.

Kekuatan viral lainnya sempat dipertontonkan pada kasus perilaku hedonisme sejumlah istri pejabat. Plesiran ke luar negeri, menenteng tas-tas mewah yang branded dan fakta pamer kemewahan lainnya akhirnya menjadi sorotan netizen. Imbasnya adalah tuntutan dipanggil KPK terkait kepentingan klarifikasi dan ditemukan ketidakwajaran perolehan hartanya. Akibatnya, jabatan suamiya dicopot. Ironisnya, para pejabat yang istrinya pamer harta dan berperilaku hedonis kemudian satu suara menyatakan semua tas dan kemewahan yang dipamerkan adalah produk palsu.

Sangatlah tidak masuk akal istri para pejabat yang berniat hedon memamerkan produk palsu. Padahal, kepalsuan itu sendiri justru mencederai keadilan karena produk palsu – KW pasti tidak membayar pajak. Bagaimana mungkin istri para pejabat yang perlu untuk dicontoh justru memberi contoh yang tidak baik. Jadi kepalang tanggung daripada terus disorot media dan netizen maka mereka sepakat berteriak menggunakan produk palsu – KW demi sekedar berkelit.

Baca Juga: Buku Ini Aku Pinjam

Sekali lagi, kekuatan netizen memang luar biasa dan seolah menjadi garda terdepan dalam mendukung penegakan hukum dan demokrasi demi rasa keadilan sosial yang  berkemanusiaan. Oleh karena itu, era global information society di jaman now memberikan kekuasaan - keleluasaan bagi netizen untuk terus menyuarakan kebenaran untuk mereduksi perilaku arogansi dan hedonisme yang dipertontonkan.

Publik pastinya harus berterimakasih kepada netizen sehingga semua yang viral mampu memberikan pencerahan terhadap semua proses yang memang harus dihadapi. Terkait ini betapa keadilan sosial bisa terbangun dari sejumlah kasus kemarin akibat viral di medsos yang didukung netizen secara berkelanjutan.

Oleh karena itu logis jika netizen menjadi garda terdepan dalam mendukung penegakan hukum - demokrasi di era now sehingga era digitalisasi sebagai bagian global information society dapat memberikan keleluasaan bagi netizen melalui kekuatan viralnya untuk bisa menyuarakan kebenaran, bukan hanya di dunia maya tetapi juga di dunia nyata. Jadi, menuju pilpres 2024 maka kekuatan netizen tidak bisa diremehkan. ***

* Dr Edy Purwo Saputro, SE, MSi - Dosen Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat