unescoworldheritagesites.com

Kurir dan UMKM Berkolaborasi, Bertahan di Era Pandemi - News

 

 

Oleh Budi Seno P Santo

: Ketika krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998 silam, banyak perusahaan yang kolaps, satu per satu rontok 'dihajar' resesi. Namun, tidak demikian dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 

Banyak UMKM tetap bertahan, seolah krisis yang terjadi tidak mempengaruhi mereka. Kenapa bisa begitu? Salahsatunya, karena para pelaku UMKM masih hidup, sehat, dan terus menjalankan usahanya. 

Krisis ekonomi yang terjadi saat itu, tidak membatasi gerak para pelaku UMKM, untuk terus berusaha. Mereka masih bisa berjualan atau mengantar produknya ke konsumen. 

Beda kondisi, dengan krisis ekonomi yang sempat terjadi akibat pandemi Covid-19. Para pelaku UMKM benar-benar dibuat 'mati kutu'. 

Mereka kesulitan dalam memasarkan produksinya, produk sulit diantar ke pelanggan. Banyak tenaga kerja kegiatan UMKM, takut keluar rumah dan takut terpapar Covid-19.

Kalau toh berani bekerja, fan ke luar rumah. Kadang terbentur, dengan kebijakan pemerintah, yang mewajibkan warganya untuk mentaati protokol kesehatan, salah satunya menjaga jarak. 

Seperti, diberlakukan kebijakan pembatasan kegiatan, tentu sangat menyulitkan para pelaku UMKM.  

Padahal, dari kegiatan UMKM lah, salah satu harapan bisa diwujudkan pemulihan ekonomi nasional. 
 
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM tercatat ada sedikitnya 30 juta pelaku UMKM di Tanah Air. Ini tentunya potensi ekonomi yang sangat luar biasa. Kalau sampai tidak bergerak akan sangat disayangkan. 
 
Beruntung, era digitalisasi yang kian canggih, membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Hubungan antara produsen dan konsumen pun bisa tetap terjalin, tanpa harus tatap muka. 
 
 
Lantas, siapa yang harus menyampaikan pesanan-pesanan, yang dilakukan lewat alat komunikasi yang kian canggih itu. 
 
Di sinilah, para kurir jasa logistik atau pengantar barang memiliki peran yang sangat besar. 
 
Maka, terciptalah kolaborasi antara kurir jasa logistik dan para pelaku UMKM, pelaku usaha atau pedagang kecil, yang saling menguntungkan. 
 
Padahal, para kurir itu juga tidak sedikit yang semula adalah karyawan perusahaan. Mereka terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaannya, yang terdampak pandemi Covid-19. 
 
 
Alhasil, mereka beramai-ramai alih profesi menjadi pengantar barang. Pelaku UMKM pun tertolong, karena produknya bisa sampai ke konsumen. 
 
Kolaborasi ini, juga sekaligus menguntungkan konsumen. Karena, konsumen tidak perlu ke luar rumah, untuk memperoleh barang tertentu. 
 
Tinggal pesan melalui aplikasi, bayar lewat m-banking, tunggu beberapa waktu, pesanan tiba di rumah. Tidak perlu ke luar rumah, tetap menjalani prokes, dan bisa terhindar dari penularan Covid-19. 
 
 
Alhasil, dengan adanya kolaborasi antara kurir dan pelaku UMKM, banyak pihak yang diuntungkan. Si kurir memperoleh penghasilan kembali, dari jasa pengantaran. 
 
Pelaku UMKM, juga diuntungkan karena produknya bisa terjual. Dan, konsumen bisa memperoleh barang yang diinginkan, tanpa takut terpapar Covid-19, karena tidak harus keluar rumah. 
 
Untuk itulah, Menteri Koperasi dan UKM mengajak para pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital untuk mempermudah pemasaran produk di saat pandemi. 
 
 
Data kementerian menyebutkan, sampai Mei 2022, tercatat 19 juta UMKM masuk ke ekosisten digital.  Jumlah ini masih kurang 11 juta dari target 30 juta UMKM go digital di 2024.
 
Dengan adanya pemanfaatan ekosistem digital oleh para pelaku UMKM, serta kolaborasinya dengan para pelaku jasa pengantaran, juga berdampak pada bisnis sektor logistik. 
 
Geliat bisnis sektor logistik dan kurir melonjak saat pandemi Covid-19. Salah satu pemicunya adalah meningkatnya aktivitas digital masyarakat, termasuk di dalamnya belanja online atau daring. 
 
Baca Juga: Siapkan Lansia Tangguh, Sehat, dan Produktif, BKKBN Kolaborasi Bersama IRL dan Urindo

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan, segmen logistik relatif stabil selama pandemi Covid-19.
 
Transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1 persen menjadi 98,3 juta transaksi, dengan total nilai transaksi naik 9,9 persen menjadi Rp20,7 triliun. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat