unescoworldheritagesites.com

Skema Transisi Energi - News

Ahmad Febriyanto – Mahasiswa FEB Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Ist)

Oleh Ahmad Febriyanto  

: Kesadaran akan penggunaan energi fosil sudah mencapai fase transformasi energi. Dorongan transformasi energi dimaksudkan untuk beralih menuju energi yang dapat digunakan dalam jangka panjang. Sebab berdasar pada data American Petroleum Institute mengungkap bahwa perkiraan cadangan minyak dunia berjumlah 1,4-2 triliun barel dan diprediksi akan habis pada tahun 2062.

Selain itu untuk pasokan Indonesia sendiri berdasar pada laporan Dewan Energi Nasional menyatakan bahwa asumsi total cadangan minyak Indonesia adalah 4,2 miliar barel dengan perkiraan bertahan hingga 9 tahun kedepan. Selain menipisnya cadangan minyak kondisi yang sedang dialami dunia saat ini tentu transformasi energi tetap dirasa perlu. Sebab kondisi geopolitik dunia saat ini juga menjadi salah satu faktor kelangkaan energi khususnya minyak.

Bagaimana tidak, Rusia merupakan salah satu anggota OPEC dengan berperan sebagai salah satu produsen dan eksportir utama minyak dunia. Tercatat bahwa selama 5 tahun terakhir Rusia dapat memproduksi sekitar 11,37 juta barel per hari dengan 8,02 juta barel untuk pemenuhan kebutuhan ekspor.

Baca Juga: Santri Berdaya Era Society 5.0

Peran besar Rusia dalam pemenuhan pasokan minyak dunia tentu terhambat akibat adanya konflik dengan Ukraina. Walaupun kenyataannya hingga saat ini masih banyak negara di dunia yang bergantung dengan energi fosil khususnya minyak. Selain menipisnya energi fosil dan kondisi geopolitik, keadaan iklim dunia juga semakin menunjukkan kerentanan. Hal tersebut dirilis oleh World Meteorological Organization (WMO) yang menyatakan bahwa saat ini dunia sedang mengalami pemanasan bumi dan naiknya air laut yang lebih cepat dari sebelumnya dan terus mengalami pemburukan.

Berbicara terkait pemanasan bumi tentu emisi karbon menjadi salah satu penyumbang peningkatan suhu tersebut. Data International Energy Agency mengungkap bahwa emisi karbon skala global pada 2021 mencapai 36,3 gigaton CO2 dan tercatat sebagai emisi karbon tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi dan beberapa fakta yang terjadi di dunia saat ini seakan memberi sinyal pada manusia untuk mulai bersahabat dan memikirkan kondisi bumi. Sehingga salah satu cara yang dapat dilakukan adalah transformasi menggunakan Energi Baru Terbarukan.

Transformasi menuju energi yang lebih ramah lingkungan pasalnya sering dipromosikan dari forum-forum multinasional hingga bilateral. Hal tersebut dimaksudkan memberi sinyal bahwa saat ini seluruh negara serius dalam melakukan transformasi energi ini. Salah satunya forum G20 yang dilaksanakan pada November lalu, sebab transisi energi menjadi salah satu isu prioritas yang dibahas. Selain itu juga perlu menjadi catatan penting bagi Indonesia sebagai presidensi G20 untuk segera melakukan percepatan transisi energi. Sebab Indonesia juga mendapatkan dana sebesar Rp 310 triliun guna pendanaan energi bersih.

Baca Juga: Tunjangan dan Pengabdian

Dengan demikian alokasi dana yang tepat sasaran menjadi salah satu kunci untuk dapat mewujudkan percepatan transisi energi. Serta dalam aspek lain pemerintah juga memiliki wacana untuk memberikan subsidi motor listrik hingga Rp 6,5 juga bagi masyarakat. Hal tersebut pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan minat beli masyarakat terhadap kendaraan listrik guna mendukung transformasi energi dan mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Namun kemudian skema subsidi dan suntikan dana G20 harus tetap diawasi dan dikawal dengan ketat sebab proyek transisi energi adalah mega proyek dengan dampak long lasting atau dapat dirasakan hingga generasi-generasi berikutnya. ***

* Ahmad Febriyanto – Mahasiswa FEBI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat