unescoworldheritagesites.com

Buyback Saham BBRI Diproyeksikan akan Meningkatkan Motivasi dan Kinerja Insan BRILIan - News

Buyback Saham BBRI diproyeksikan akan Meningkatkan Motivasi dan Kinerja Insan BRILIan (Istimewa)

 


: Buyback saham BBRI atau BRI diproyeksikan akan meningkatkan motivasi dan kinerja Insan BRILian.  Sehingga, dapat lebih optimal terhadap pencapaian target yang dapat berujung pada peningkatan kinerja perseroan.

Buyback saham BBRI ini dirilis dari keterangan tertulis Dirut BRI Sunarso  yang diterima awal minggu ini.

Pada awal 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkali-kali terkoreksi, tak terkecuali saham-saham big cap di sektor perbankan, termasuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, bank KBMI IV milik BUMN.

Baca Juga: Darurat Literasi Finansial versi BRI Perlu Didukung - Buktinya Tukang Becak Kuras Rekening Pihak Lain Rp345

Tentunya penurunan yang terjadi merupakan hal wajar, karena masih sebatas aksi taking profit investor pasca kenaikan all time high, khususnya saham-saham perbankan big four yang salah satunya BBRI di tahun 2022.

Dengan ekonomi Indonesia yang resilien dan fundamental bisnis BBRI yang kuat dan prospektif, penurunan harga saham yang terjadi, justru kesempatan terbaik bagi investor untuk mengoleksi BBRI.

Bahkan per perdagangan kemarin, Selasa (17/01/2023), investor telah kembali menunjukkan minatnya untuk mengakumulasi saham BBRI, mendorong harga saham BBRI naik 0,88% ke level 4.560.

Sementara pada perdagangan hari ini, Rabu (18/1/2022), saham BBRI menjadi salah satu yang aktif diperdagangkan dan bergerak di kisaran 4.560-4.620/saham.

Bukan tanpa alasan tentunya, hal ini berdasarkan fundamental kinerja yang selama ini BBRI telah menorehkan, manajemen risiko bisnis perseroan yang optimal. Serta strategi berkelanjutan yang terus BBRI laksanakan untuk terus beradaptasi meningkatkan pertumbuhan bisnis perseroan.

Baca Juga: Darurat Literasi Finansial versi BRI Perlu Didukung - Buktinya Tukang Becak Kuras Rekening Pihak Lain Rp345

Model Bisnis BRI

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, aktivitas utama BBRI merupakan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, memberikan kredit, investasi, dan berbagai jasa perbankan lainnya.

Secara sederhana, revenue stream atau pendapatan utama perusahaan perbankan seperti BBRI, merupakan berbentuk pendapatan bunga, yang didapat antara selisih tingkat bunga yang harus dibayarkan untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam produk simpanan dan tingkat bunga yang didapat perseroan dari produk pinjaman dalam bentuk kredit.

Sehingga perlu dipahami, bahwa pertumbuhan DPK dan pertumbuhan penyaluran kredit bagi perbankan sangatlah krusial, karena keduanya merupakan faktor utama bisnis perbankan untuk terus menghasilkan laba yang optimal.

Kinerja Keuangan dan Tingkat Risiko Kredit


PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI dalam proses buyback saham dengan total nilai maksimal Rp 3 triliun. Buyback saham ini dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan atau pada rentang waktu 1 Maret 2022 hingga 31 Agustus 2023.

Baca Juga: Dukung Polri Sikat Kejahatan Perbankan - BRI Proaktif Ungkap Pelaku Pembuat dan Penyebar APK Palsu

Seperti diketahui, sebelumnya pada 1 Maret 2022 BRI mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan buyback saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).


Adapun saham hasil buyback akan digunakan untuk program kepemilikan saham bagi Insan BRILian.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan telah mempertimbangkan kondisi likuiditas Perusahaan pada saat mengusulkan rencana buyback tahun ini.

Sehingga aksi korporasi tersebut tidak akan mengganggu keuangan perusahaan.

"Di sisi lain buyback BBRI diproyeksikan akan meningkatkan motivasi dan kinerja Insan BRILian sehingga dapat lebih optimal terhadap pencapaian target sehingga dapat berujung pada peningkatan kinerja perseroan," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin (29/8/2022).

Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu mengatakan ada beberapa hal yang dicermati terkait aksi korporasi ini.

"Selain kebutuhan untuk treasury stock yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk insentif kinerja jangka panjang kepada pekerja yang high performer, kami melihat bahwa harga saham BRI masih undervalued, terlebih apabila dibandingkan dengan pencapaian kinerja perusahaan. Hal ini membuat kami terus melakukan buyback saham," kata Viviana.

Secara terpisah, Analis Senior CSA Research Institute yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menyebut, aksi korporasi itu menggambarkan manajemen BRI yang memiliki optimisme terhadap pemulihan ekonomi di Indonesia dan proyeksi kinerja BRI di masa mendatang.

Dia menilai buyback BRI dapat menjadi penopang pertumbuhan perseroan ke depan karena pekerja biasanya akan lebih termotivasi apabila memiliki saham Perseroan.

Baca Juga: MAN IC Sorong Didik Pemimpin Masa Depan Menguasai Iptek dan Memiliki Daya Saing Tinggi Pola Asrama

"Ibaratnya, kondisi masih pandemi saja, mereka (BRI) bisa meningkat kinerjanya. Bagaimana kalau tidak pandemi, harusnya (kinerja BRI) bisa lebih tinggi lagi. Apalagi kalau kita percaya bahwa pemulihan ekonomi ini terus terjadi, dan orang-orang Indonesia semangat dan gigih dalam bekerja, tentunya menjadi penopang pertumbuhan buat BBRI," ujarnya.

Hal itu tercermin dari kinerja BRI hingga semester I-2022. Di mana BRI secara konsolidasian mencatatkan laba bersih Rp 24,88 triliun atau tumbuh 98,38% secara year on year (yoy).

Adapun total aset meningkat 6,37% yoy menjadi Rp 1.652,84 triliun. Sementara dari sisi pembiayaan, secara konsolidasian penyaluran kredit mencapai Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy.

Bahkan portofolio kredit UMKM BRI tumbuh 9,81% dari Rp 837,82 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp 920 triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM menjadi sebesar 83,27% dari total portofolio penyaluran pembiayaan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Waket Golkar Berjanji Partai ini Berjaya di Jawa Barat pada Pemilu 2024 seperti Harapan Warga

Pencapaian tersebut diiringi pula dengan manajemen risiko yang baik dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan  (NPL) secara konsolidasian terjaga di level 3,26%.

Manajemen  BRI pun menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit dengan NPL coverage sebesar 266,26%. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat