unescoworldheritagesites.com

Desa Karangpucung, Promosikan Wisata Kuliner Tradisional Akhir Pekan - News

Rangkaian kegiatan Pasar tiban Setu Sore (foto, ist)

JAKARTA: Ketua Tim Pakar Kemendes PDTT Haryono Suyono, di ruang kerjanya, di Jakarta, Senin (22/10/2018) mengungkapkan, seorang warga sekaligus pendamping desa Karangpucung, Kecamatan Sidareja, Cilacap bernama Narto, melaporkan pada anggota tim pakar Ivanovick Agusta, kalau Dusun Cijati merupakan salah satu wilayah pedusunan di Desa Karangpucung, memiliki wilayah yang strategis.

Dusun tersebut oleh sejumlah pemuda setempat disulap menjadi pasar, yang menjajakan produk makanan tradisional. Lokasi dusun ini terletak di pusat kota kecamatan. Sehingga, tiap Sabtu sore, masyarakat berkumpul dan menikmati aneka kuliner tradisional, di ruas jalan yang berubah menjadi pasar tiban.

Lokasi Dusun Cijati sangat strategis, berada di perbatasan dua jalur poros desa dan dusun. Ada pertigaan besar yang menjadi titik temu lalu lintas dari Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Banyumas.

Para pemuda yakin potensi kuliner dan metode pemasaran alternatif akan mampu menggerakan roda perekonomian warga desa. Mereka berdiskusi dengan para pedagang keliling, tokoh lingkungan, pemuda, dan akhirnya mengembangkan model pasar tiban pasar Setu Sore di sepanjang jalan dusun.

Komoditi andalan Pasar Setu Sore adalah aneka kuliner tradisional. Pasar Setu Sore menjadi tempat bersantai keluarga, sembari menikmati aneka produk pangan lokal dengan aneka citarasa.

Sukses Pasar Setu Sore yang digagas pemuda desa sebagai program pemberdayaan masyarakat bisa dikembangkan. "Sesungguhnya bisa dikembangkan menjadi prototype dari BUMDes untuk desa tersebut. Pemuda Dusun Cijati yang mampu menangkap potensi masyarakat, sekaligus mengembangkan celah pasar baru bisa lebih lanjut mengembangkan potensi masyarakat desa mengeksploitasi tren gaya hidup kekinian," papar Haryono.

Pasar Setu Sore telah diresmikan sebagai pasar resmi desa oleh Pemerintah Desa Karangpucung, dengan nama Pasar Batur Warna. Bisa menjadi modal awal dari BUMDes, di mana masyarakat dikembangkan menjadi produsen makanan yang dipasarkan di Pasar Setu Sore.

Pengembangannya, produksi masyarakat desa itu bisa dipasarkan di tempat lain. Sehingga, produksi utama desa makin meluas dan mendatangkan keuntungan untuk mengentaskan masyarakat desa dari lembah kemiskinan. Para pemuda yang mengambil prakarsa bisa dijadikan pengurus awal dari BUMDes yang dibentuk di desanya.

Pasar yang mampu mula-mula menampung 43 pedagang ternyata kini telah mampu menampung 52 pedagang yang bergabung dalam pengembangan. Apabila BUMDes telah terbentuk, tidak mustahil dengan kemauan para warga untuk mewujudkan kreativitas yang dikelola dengan baik bisa mewujudkan unggulan desa, yang mengangkat harkat hidup rakyat banyak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat