unescoworldheritagesites.com

Masjid Tegalsari, Masjid Swasta Pertama Di Solo Berusia Hampir 1 Abad - News

Bagian dalam Masjid Tegalsari Solo yang menjadi masjid pertama dibangun diluar pihak Keraton Surakarta yang berusia hampir 1 abad

SOLO: Masjid Jami Tegalsari Kota Solo, Jawa Tengah, menjadi salah satu masjid tua di Kota Solo. Masjid yang dibangun mulai 28 Oktober 1928 dan selesai dibangun tahun 1929 tersebut merupakan masjid jami swasta pertama di Kota Solo yang dibangun diluar pihak keraton.

Tahun ini masjid yang berada di Jl Wahidin No 36 di Kampung Tegalsari tersebut berusia 1 abad atau 100 tahun. Masjid dengan bentuk perpaduan Eropa dan Jawa tersebut dibangun KH Ahmad Shofawi, seorang pengusaha kain mori, kain yang biasa digunakan untuk kain batik.

"Masjid Tegalsari dibangun jauh sebelum kemerdekaan. Jadi ini bagian dari sejarah di Kota Solo," jelas Dr H Abdul Nur Adnan, anak dari KH Muhammad Adnan, arsitek Masjid Tegalsari, di sela-sela Dialog Jelang 1 Abad Masjid Tegalsari, Selasa (25/6/2019) malam.

Abdul Nur Adnan juga menyebut bangunan masjid memiliki karakteristik yang unik. Diantaranya ada kolam air di sekeliling masjid yang berfungsi membersihkan kaki sebelum masuk masjid.

"Juga ada tempat air besar yang fungsinya untuk wudhu. Ini beda dengan bangunan masjid lainnya," katanya.

Menurut mantan wartawan VOA di Amerika itu, Masjid Tegalsari tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah semata. Tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan simbol perekonomian di Kota Solo.

"Karena masjid ini tidak terlepas dari Laweyan yang menjadi pusat pengusaha batik di Kota Solo. Masjid ini dibangun oleh seorang pengusaha kain," jelasnya lagi.

Pembangunan masjid  yang berusia 1 abad pada Desember 2019 mendatang itu juga membutuhkan persetujuan dari pihak Keraton Surakarta karena dibangun pihak di luar keraton. Untuk menjaga kesucian masjid, panitia juga menetapkan sejumlah syarat.

Seperti  pembiayaan pembangunan masjid harus bebas riba. Pasir juga diambil sendiri, batu bata juga dibuat sendiri. Bahkan tukang bangunannya juga harus bisa menjaga wudhu. Sampai saat ini bangunan masjid tetap dipertahankan dan belum pernah direnovasi. Hal ini juga dibenarkan Takmir Masjid Tegalsari, Sakur Adro'i.

"Semua masih asli, hanya diperbaiki. Seperti keberadaan kolam disekeliling masjid dipertahankan, karena ternyata untuk membasuh kaki saat akan masuk ke masjid juga untuk mendinginkan masjid," kata Sakur.

Selain itu air di kolam tersebut juga berfungsi menangkap debu sehingga lantai masjid tidak cepat kotor. Yang menarik lainnya dari masjid ini adalah keberadaan jam istiwak atau jam matahari. Setiap saat, takmir masjid akan melihat jam matahari untuk menentukan waktu adzan.

"Sampai saat ini masih difungsikan. Ada juga tempat kotbah bentuknya unik karena tangga untuk naik ke mimbar bisa dilipat ke dalam sehingga tidak memakan tempat," paparnya.

Bedug besar yang berada di serambi depan masjid juga berusia sangat tua. Bedug tersebut didatangkan dari Ngawi tahun 1931. Masjid tersebut juga dibuka selama 24 jam, sehingga masyarakat bisa beribadah ataupun sekedar beristirahat di sana, kapan saja.

Di lingkungan Masjid Tegalsari saat ini juga berdiri sekolah yang dikelola Yayasan Ta'mirul Islam. Salah satu pengurus yayasan, Muhammad Al Amin mengatakan keberadaan masjid tersebut akan tetap dipertahankan. Karena sesuai dengan pesan dari pendiri masjid.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat