unescoworldheritagesites.com

Kuliah Kebangsaan Pemuka Agama Dan Budayawan Di HUT Ke-4 Para Syndicate - News

Pendiri Para Syndicate Sukardi Rinakit (kiri) foto bersama dengan KH Nasaruddin Umar (dua dari kanan), Kardinal Ignatius Suharyo Pr (kanan) dan Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo

JAKARTA: Dua pemuka agama, masing-masing Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar dan Uskup Angug Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Pr, dan budayawan Mohammad Sobary menjadi narasumber dalam kuliah kebangsaan yang digelar Para Syndicate, Kamis (17/10/2019), di Jakarta.

Kuliah kebangsaan, sekaligus syukuran empat tahun lembaga kajian ini, digelar untuk mengajak masyarakat kembali bersatu membangun bangsa pascapesta demokrasi 2019.

“Para Syndicate sebagai kelanjutan  dari Soegeng Saryadi Syndicate berkomitmen untuk terus secara aktif  berikhtiar bersama memastikan agar proses demokratisasi di republik ini berjalan pada rel yang benar. Sehingga, berpolitik dijalankan dalam rangka bernegara, dan bernegara dalam rangka berkonstitusi,” kata Direktur Eksekutif Para Syndicate Ari Nurcahyo.

Kehidupan bernegara bangsa Indonesia, tuturnya, penuh dinamika. Namun yang membanggakan, ujarnya, semangat persatuan yang terus hidup sejak masa perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan membuat bangsa dan negara ini eksis hingga kini.

Hal tersebut, ucapnya, menginspirasi dalam menentukan tema kegiatan yakni Bersatu Membangun Indonesia, Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya.

Pendiri Para Syndicate Dr. Sukardi Rinakit, dalam sambutannya pun mengatakan hal senada. Kebhinekaan Indonesia, yang membentang dari Sabang hingga Merauke dan dai Miangas hingga ke Pulau Rote, tuturnya, merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan.

Sementara dari perspektif keagamaan disampaikan oleh para narasumber yakni Mohammad Sobary, KH Nasaruddin Umar, dan Kardinal Ignatius Suharyo.

Nasaruddin Umar , dalam penuturannya, mendorong pemerintah lewat Kementerian Agama mendalami dan menyaring ajaran dari luar yang masuk ke Indonesia. Sebab, ucapnya, saat ini masyarakat mudah memperoleh informasi dari dunia maya.

"Sebelum ada agama atau aliran kepercayaan luar masuk ke Indonesia, harus ada proses peng-Indonesiaan lewat nilai-nilai Pancasila," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat