unescoworldheritagesites.com

Tenis, Diselamatkan Oleh Recreational Tournament - News

 

Oleh: August Ferry Raturandang

Sepanjang pandemi Covid-19 telah mencerai beraikan insan olahraga akibat terhentinya kegiatan kegiatan akbar resmi olahraga. Nasib tidak bisa ditentukan kapan bisa teratasi. Tapi upaya memutus rantai pandemi sudah dilakukan dan sedang dilaksanakan.

Akibatnya terlihat kerinduan akan turnamen yang bagi atlet atlet yang berprestasi terlihat sudah bahkan bagi recreational players juga ikut ramai merasakan dan ikut menggairahkan pertenisan Indonesia. Dengan alasan perlu kegiatan untuk meningkatkan immunitas tubuh sangat dibutuhkan  melalui turnamen turnamen tenis karena turnamen diakui Pelti sementara dihentikan.

Tetapi agar bisa meningkatkan immunitas tubuh, kegiatan olahraga itu perlu. Latihan tetap dicari tetapi pertandingan juga diperlukan sebagai evaluasi hasil latihan selama ini. Berlaku bukan hanya bagi atlet prestasi tetapi berlaku juga untuk  recreational players. Kalau tidak ada turnamen berdampak buruk bagi olahraga tenis. Dikuatirkan cabang olahraga tenis akan ditinggalkan.

Sudah setahun pandemi Covid-19 berlangsung  tidak ada yang menjamin kapan akan berhenti. Dibiarkan justru berakibat negative. Maka timbullah berbagai cara kegiatan turnamen, mulai dari pertandingan sabtu minggu, pertandingan sehari selesai bahkan turnamen yang awalnya resmi atau terdaftar sebagai Turnamen Diakui Pelti terpaksa ikut meramaikan untuk memenuhi keinginan atlet atlet yunior berprestasi berlaga mengasah kemampuannya sambil meningkatkan immunitas tubuh yang selama ini belum terindikasi klaster baru Covid-19.

 Geliat olahraga tenis tampak sudah bukan hanya di Ibukota tetapi di daerah daerah makin jelas. Tapi sayangnya khusus kelompok umum sebagai kategori dari Pelti tidak ada satupun selama pandemi sehingga atlet prestasi tidak mendapatkan kesempatan dan justru kelompok veteran makin meraja lela karena pelaku tenis banyak berasal dari kelompok veteran ini. Berbahagialah petenis veteran dan juga termasuk yang disebut recreational players.

Bagi petenis yang termasuk dalam tournamen players hanya segelintir petenis yang ikut menikmatinya. Semua ini terpaksa diikuti karena haus akan turnamen. Dengan sistem pertandingan yang tidak lazim hanya tetap ikuti Rules Of Tennis ,dalam turnamen baik pertandingan sabtu minggu dan turnamen sehari terpaksa dijalani juga akibatnya sulit mengukur prestasinya. Kelamaan istrahat tanpa ada turnamen membuat penampilan pertama dalam turnamen resmi Pelti akan membuat penampilan tidak maksimal. Ini dimanfaatkan juga oleh petenis yang dipersiapkan menghadapi PON XX Papua yang akan datang.

 Semangat ikut serta dalam turnamen sehingga dapat dikatakan ajang reunian antar petenis baik yang kategori veteran maupun mantan petenis nasional tidak bisa dibendung. Begitu pula terjadi reuni antar pembina dengan mantan petenisnya yang sekarang sudah berkarier diluar tenis dengan memanfaatkan tenis sebagai alat pendekatan dengan atasannya telah terjadi.

Sekarang justru yang terjadi aktivitas recreational players sudah menguasai pertenisab Indonesia yang bisa dimasukkan dalam salah satu program pemassalan tenis. Sebenarnya dampak ekonomi selama pandemi Covid-19 yang awalnya ikut terpuruk, dengan adanya aktivitas pemassalan tenis ikut mendongkrak sektor penunjang olahraga itu sendiri. Misalnya produsen bola ikut menikmati, begitu pula produsen apparel tenis dan juga produsen minuman ikut pula menikmatinya. Termasuk kantin dan resto saat ini.

Peran serta masyarakat dengan giat mendukung salah satu program pemassalan yang sebenarnya termasuk program pembinaan disaat situasi pandemi Covid-19 patut diapresiasikan.

Karena inilah satu satunya cara kesempatan ikut serta dalam menunjang pertenisan Indonesia. Memang tenis tidak ada mati matinya, walaupun kematian petenis dilapangan tenis sering terjadi karena serangan jantung. ***

* August Ferry Raturandang – penggiat tenis

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat