Oleh: Egy Massadiah
News.ID: Hari ini, 16 April 2024, Kopassus genap berusia 72 tahun. Galibnya, Kopassus adalah “immortal combatan”. Sebagai satuan militer, Kopassus semakin solid dari waktu ke waktu. Prajurit para komando berotasi sesuai kodrat batas usia kedinasan.
Seperti halnya peristiwa pergantian Danjen Kopassus yang belum lama berlangsung, dari Mayjen TNI Deddy Suryadi kepada Mayjen TNI Djon Afriandi. Pada momen sertijab misalnya, tergambar jelas betapa kesinambungan itu berlangsung dengan sangat baik dan solid.
Unsur pimpinan mengalami rotasi, baik untuk alasan penyegaran atau tradisi mutasi yang memang lazim di tubuh TNI. Sementara, pusat pendidikan dan pelatihan Kopassus tidak pernah berhenti menyeleksi, memilih dan melatih prajurit kualifikasi khusus. Rahim Batujajar terus melahirkan insan-insan komando dengan kualifikasi yang semakin cemerlang.
Di bumi Batujajar, Bandung Barat tepatnya di Kesatuan Idjon Djanbi, para prajurit digembleng dengan intensitas tinggi. Fisik dan mental ditempa sampai batas ketahanan dengan prinsip kehormatan sebagai dasar. Penanaman jiwa “lebih baik pulang nama daripada gagal dalam tugas” benar-benar meresap sampai ke tulang sumsum.
Di bumi “Tri Yudha Cakti” prajurit komando dilahirkan. Lulus dari Batujajar, dipastikan mereka menjadi prajurit yang memiliki tiga kemampuan dasar, baik di darat, laut, maupun udara. Latihan dan peningkatan skill tidak berhenti di sana, tetapi terus ditingkatkan di masing-masing satuan: Grup 1, Grup 2, Grup 3/Sandi Yudya, dan Grup 81/Gultor.
Slogan TRIBUANA CHANDRACA SATYA DHARMA adalah sebuah kenyataan. Mereka adalah prajurit yang telah menguasai taktik dan teknik ilmu perang khusus, mahir dan andal bergerak secara cepat di berbagai medan baik di darat, laut dan udara. Berjiwa patriotik yang tinggi, senantiasa siap sedia melaksanakan tugas pokok ke setiap penjuru dan siap menghadapi berbagai ancaman, gangguan hambatan dan tantangan NKRI berdasarkan Pancasila.
Kepingan Sejarah
Sejarah Kopassus hari ini terukir dari kepingan sejarah masa lalu. Semua berawal dari sejumlah aksi makar atau pemberontakan kaum separatis. Salah satunya adalah pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan).
Sebagai reaksi atas pemberontakan tersebut, Pimpinan Angkatan Darat segera melakukan tindakan untuk menumpas dengan menunjuk Panglima Tentara Teritorium III, Kolonel AE Kawilarang sebagai pimpinan dan Letkol Slamet Riyadi sebagai Komandan Operasi.
Dalam operasi ini Pasukan TNI berhasil melumpuhkan kelompok RMS. Tepat pada tanggal 16 April 1952 melalui sebuah instuksi Panglima Tentara dan Teritorium IIII No.55/Instr/PDS/52 dibentuklah unit pasukan khusus Angakatan Darat yang pertama dengan nama Kesatuan Komando Teritorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Kesatuan itu dipimpin oleh Mayor Moch. Idjon Djanbi. Tentara “bule” itu adalah mantan Kapten KNIL (Kononklijk Nederlandsch Indische Leger) sekaligus mantan Korps Speciale Troopen pada perang dunia II.
Dari waktu ke waktu, satuan khusus ini mengalami perubahan nama. Di antaranya, Korp Komando Angkatan Darat (KKAD), Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), Para Komando Angkatan Darat (PKAD), Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD), Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), dan terakhir Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Selain sukses menumpas RMS, Kopassus juga berperan besar dalam penumpasan PRRI/Permesta dan sejumlah kegiatan operasi militer lain. Di antaranya, Operasi Trikora, Operasi Seroja (Timtim), Operasi Pembebasan Sandera (DC-0 Woyla Garuda Indonesia), Pembebasan Kapal Sinar Kudus (Somalia), dan lain sebagainya.