unescoworldheritagesites.com

Politik Dasamuka - News

Oleh Yus Dharman

:  Kita baru saja merayakan pesta demokrasi, Pemilu Pilpres dan Cawapres untuk masa bakti 2024-2029. Meskipun demikian, dengan segala kontroversinya. 

Ada juga yang bilang Pemilu paling brutal dalam sejarah Republik Indonesia. yang sekarang menjadi peradilan serta digugat oleh paslon nomor urut 1 dan no urut 2, di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan klaim kemenangan paslon nomor urut 2, akibat Presiden cawe-cawe melakukan keadaan secara terstruktur, sistematis dan masif atau TSM. Bla bla bla.

Namun, dibantah oleh pendukung paslon nomor urut 2, yang menyatakan bahwa kemenangan tersebut sudah sah, karena sesuai dengan mekanisme yang ada.

Baca Juga: Euforia Mudik

Untuk sementara dua-duanya mempunyai dasar alasan yang rasional sampai dengan keputusan yang akan dilakukan pada hari Senin, 22 April 2024.  Apa pun Putusan Hakim MK nanti, suka atau tidak suka, kita harus menghormatinya.

Lepas dari siapa yang akan memutuskan menang kemudian dilantik jadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia kita harus berada di lapangan luas dada.

Namun Jika mengamati prilaku para politisi lebih-lebih para ketua partainya di panggung perpolitikan Indonesia, mirip dengan prilaku dasamuka yang mempunyai sepuluh muka dan sepuluh tangan dalam Sendratari Ramayana yang mempersonifikasikan kesombongan dan keserakahan, membayangkan bertahun-tahun bersaing dengan caci maki, tapi begitu ditawarkan yang tinggal seumur jagung langsung menerima.

Awalnya kalau niat dagang sapi mau bergabung untuk melakukan wadah besar untuk ikut kontestasi dalam Pemilu yang menghabiskan biaya besar itu kan pemborosan. Kenapa tidak membayar cicilan bunga utang plus pokoknya saja.atau anggarannya dialokasikan untuk pupuk yang disebarkan ke petani. Seperti film kartun Tom & Jerry saja yang mudah ditebak siapa yang akan menang di akhir pertunjukan.

Baca Juga: Urgensi E-voting

Dasamuka merupakan mitologi sejak ribuan tahun yang lalu namun ternyata masih efektif untuk dilakukan pada saat ini dalam dunia perpolitikan juga dalan kehidupan sehari-hari kita.

Sebagai sekelompok politisi yang saat kampanye di depan konstituennya berjanji untuk amanah sesuai konstitusi, UUD dan Pancasila, namun bila menggunakan topeng dengan sepuluh wajah dan sepuluh tangan, mungkinkah akan menepati janjinya?
Karena tentu saja akan lupa wajah dan tangan mana yang digunakan saat kampanye, serta wajah dan tangan mana yang akan dipakai setelah listrik menyala.

Kalau sudah begini, rakyat akan semakin bingung, dan hanya bisa menarik nafas dan mengelus dada, sambil memadatkan, Kapan Sandiwara ini akan berakhir ya Allah. ***

Yus Dharman,SH.,MM ,M.Kn
Advokat/Ketua Dewan Pengawas FAPRI (Forum Advokat dan Pengacara Republik Indonesia)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat