unescoworldheritagesites.com

Piala Asia U-23, Menunggu 63 Tahun ... - News

M Nigara, Wartawan Sepakbola Senior (Ist)

Oleh: M Nigara

: Alhamdulillah, kata itu yang memenuhi dada saya ketika wasit asal Kuwait, Ammar Ashkanani, meniupkan peluit panjangnya. Rizky Ridho dan kawan-kawan membungkam Yordania 4-1 dalam laga terakhir grup A, Piala Asia U-23, 2024, di Qatar.

Dengan kemenangan ini, Indonesia lolos ke delapan besar Piala Asia U-23. Tim asuhan Shin Tae-yong itu menghasilkan 6 poin dari dua kali menang atas Yordania dan Australia 1-0, dan sekali kalah dari tuan rumah Qatar, 0-2 dalam laga yang diwarnai sikap wasit Nasrullo Kabirov asal Tajikistan yang kontroversial dan merugikan Indonesia.

Rizky Ridho dan kawan akan bertarung kembali Jumat (26/4/2024) di Stadion Al-Rayyan, Khalifa dengan juara Grup B Korea Selatan atau Jepang. Saat ini keduanya sama-sama mengantongi nilai 6. Uniknya baik Korsel maupun Jepang sama menang 1-0 dan 2-0.
Korsel menang 1-0 atas UEA dan 2-0 atas China, sedangkan Jepang menang 1-0 atas China dan 2-0 atas UEA.

Lebih Setengah Abad

Hasil ini merupakan langkah positif dan menjadi langkah yang sangat menjanjikan tentang kemajuan sepakbola Indonesia ke depan. Maklum, sepanjang sejarah adanya Piala Asia yang dimulai 1959 (yunior), catatan di bawah tahun 1980an, kejuaraan hanya dibagi 2, senior dan junior, kita hanya satu kali pernah menjadi juara.

Bob Hippy, Sony Sandra, Ipong Silalahi, Faisal Jusuf, Rasjid Dahlan, Idris Mapakaja, kawan-kawan, di bawah asuhan Djamiat Dhalhar, menjadi juara bersama dengan Burma (Myanmar, sekarang), 1961 dalam perhelatan ketiga.

Sejak itu, hingga Minggu (21/4/2024) malam tadi, kita baru kembali bisa bermimpi untuk meraih prestasi. Selama 63 tahun sejak 1961 itu, timnas kita selalu gagal. Banyak model pembinaan sudah dilakukan, tetapi hasil selalu kembali ke titik nol.

Untuk itu, hasil yang kita capai saat ini sungguh perlu disyukuri. Keberhasilan masuk ke delapan besar ini adalah buah kerja semua pihak, tentu termasuk mereka yang selalu nyinyir terhadap PSSI dan STY. Dengan adanya teriakan mereka yang anti model naturalisasi, ada cambuk untuk meraih prestasi.

Indah

Kesuksesan melangkah ke delapan besar ini jangan pula kita tanggapi secara berlebihan. Karena, jalan masih panjang, berat, dan berliku. Korsel atau Jepang calon lawan kita memiliki kualitas yang jauh di atas Qatar, Australia, dan Yordania.

Meski demikian, kemenangan 4-1 atas Yordania sungguh bukan hanya kemenangan angka, tapi juga permainan. Jujur, sepanjang sejarah meliput tim nasional sejak 1980- 2024, inilah tim dengan permainan terbaik. Marselino Ferdinan, Muhammad Fajar Fathur, Muhammad Ferrari, Justin Hubner, Rizky Ridho, Arhan Pratama, Nathan Tjoe-A-on, Ivar Jenner, Rafael Struick, Witan Sulaiman, begitu indah.

Kepercayaan diri mereka begitu luar biasa. Mereka seperti para pemain yang sudah bertahun di dalam tim. Setiap gerakan, bisa saling mengantisipasi, sungguh mengagumkan. Sedikitnya ada 3-4 peluang lain yang bisa jadi gol.

Selain itu, Ernando Ari dan penggantinya Adi Satryo, tak kalah mentereng. Sedikitnya 6 peluang Yordania, 4 Ernando dan 2 Adi, mampu dimentahkan. Keduanya memperlihatkan kelasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat