unescoworldheritagesites.com

Airlangga: Indonesia Di Posisi Sentral Pemulihan Ekonomi Dan Pengaturan Transisi Energi - News

 (Foto: Kemenko Ekonomi)

: Langkah-langkah mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dengan mengalihkan penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT) harus terus dipikirkan. Hal ini seiring dengan terus berkembangnya isu perubahan iklim, salah satunya akibat dominasi penggunaan bahan bakar fosil sehingga menimbulkan emisi GRK di atmosfer bumi.

Demikian Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto, dalam Jakarta Post Webinar bertema “G20 Energy Transition: Toward Zero-Emission Partnerships”, Selasa (24/5/2022) sebagaimana dirilis di aman resmi Kemenko Ekonomi.

“Penting bagi kita untuk mengenali situasi yang dihadapi, serta perlu memastikan bahwa kita sudah menyeimbangkan permintaan saat ini untuk energi konvensional, sambil tetap berkomitmen pada upaya transisi energi,” ujar Airlangga.

Baca Juga: Kadispenad: Kasad Tidak Akan Mentolerir Setiap Pelanggaran Hukum

Karena, pada saat yang sama, kata Airlangga, dunia saat ini berada dalam terpaan krisis pangan, energi, dan keuangan yang dipicu oleh gejolak konflik di Ukraina, dan pandemi Covid-19 yang masih terus berlanjut meski jumlah kasus sudah menurun drastis.

Kemenko Ekonomi selaku Sherpa GCRG (Global Crisis Response Group) telah menggelar pertemuan pertama tingkat Kepala Negara/ Kepala Pemerintahan dari Pertemuan Pertama Champions Group of the GCRG on Food, Energy, and Finance secara virtual, Jumat (20/5/2022) lalu.

Dalam pertemuan tersebut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyebut kompleksitas situasi yang dihadapi saat ini terkait kondisi pangan, energi dan keuangan dunia. Pertemuan itu sendiri membahas rekomendasi solusi untuk mengatasi tantangan besar yang sal8ng terkait dalam mewujudkan ketahanan pangan, energi, dan keuangan global, akibat konflik Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Ini Doa Sang Anak Atas Pernikahan Idayati Dengan Ketua MK Anwar Usman

Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, menurut Airlangga, meski di tengah pandemi, masyarakat Indonesia memiliki kebutuhan energi yang besar untuk menunjang aktivitasnya.

Namun, target elektrifikasi universal telah menjadi penghasil emisi GRK terkemuka, karena penggunaan tenaga batu bara menjadi berlipat ganda dan juga terlihat adanya peningkatan emisi GRK sebesar 140% antara tahun 1990 dan 2017. 

Dalam Presidensi G20 Indonesia, transisi energi pun menjadi salah satu tema utama karena seluruh negara yang terlibat ingin mencapai kesepakatan global dalam upaya memitigasi dampak buruk perubahan iklim untuk generasi mendatang.

Baca Juga: Ini Doa Sang Anak Atas Pernikahan Idayati Dengan Ketua MK Anwar Usman

Dalam forum G20 tersebut, Indonesia akan memperkenalkan skenario negara untuk mencapai Net Zero Emission 
(NZE) yang disebut National Grand Energy Strategy (GSEN) yang mencakup rencana transisi dari energi fosil ke EBT.

Dalam gelaran COP26 akhir tahun lalu, Indonesia membuat komitmen iklim baru dengan menetapkan target NZE pada 2060 atau lebih awal. GSEN menjanjikan komitmen yang lebih ambisius dengan target 100% porsi EBT dalam bauran energi di 2060.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat