unescoworldheritagesites.com

BRI Ajak Warga Jayapura Ciptakan Peluang Bisnis dari Daur Limbah Plastik dan Manfaatkan Digitalisasi - News

BRI  Ajak Warga Jayapura Ciptakan Peluang Bisnis dari  Daur  Sampah Plastik  dan Manfaatkan Digitalisasi (Istimewa)

BRI mengajak pelaku UMKM  di Jayapura Papua  untuk memanfaatkan  digital guna memasarkan produknya ke  tingkat nasional.


BRI melihat potensi  objek bisnis yang  bagus seperti  sampah plastik yang banyak  berserakan di tempat pembuangan  akhir.

Seperti diketahui sampah masih menjadi masalah serius yang dihadapi masyarakat kota Jayapura pada umumnya.

Dari sampah rumah tangga, sampah organik, sampah plastik, hingga kayu dan lainnya. Berserakan si mana-mana.

Baca Juga: BRI Dorong UMKM Perikanan Papua Manfaatkan Digitalisasi

Potensi bisnis itu belakangan di tangani seorang Petronela (41 tahun), sampah justru menjadi berkat.

Dengan mengelola sampah yang dipungut, ia ubah menjadi sesuatu yang bernilai.

Berawal dari keprihatinan melihat sampah berserakan di sekitar wilayah konservasi hutan mangrove di kampung Enggos Kota Jayapura Provinsi Papua

Petronela (41 tahun) tertarik untuk mendaur ulang sampah tersebut menjadi kerajinan tangan.

Belum lama ini, dia menjadi salah satu anggota kelompok penghijauan hutan mangrove di wilayah konservasi.

Kelompok tersebut bertugas menanam dan menjaga lingkungan supaya tetap bersih.

“Di Enggos banyak sampah, terus saya lihat sampah itu saya tertarik. Saya yakin sampah ini bisa menghasilkan sesuatu,” kata Petronela. 

Sampah yang dipungut berupa plastik, botol plastik, kayu, kawat sisa kabel, bisa disulap sedemikian rupa menjadi berbagai kerajinan tangan yang dikolaborasikan dengan cangkang kerang, dan aksesoris Papua.

“Sendok-sendok plastik bekas sendok makan itu bisa saya buat lampion. Kalau sampah kerang saya buat boneka, vas bunga, dan bermacam-macam kerajinan dari sampah lainnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Sanksi Berat Istri Tolak Suami Sah Hubungan Badan

Seiring berjalannya waktu, Petronela  membentuk kelompok usaha IBAYAUW.

Kelompok usaha ini mengkoordinir ibu-ibu di sekitar lingkungan yang juga memproduksi kerajinan tangan dari sampah. Dia terus menggunakan potensi yang ada untuk maju.

“Saya merasa terpanggil bagaimana bisa membawa ibu-ibu itu bisa produktif usaha dan tidak tergantung pada suami,” katanya.

Sebagai ketua kelompok usaha, dia bertanggungjawab mengakomodir, memantau, dan mencari partner kerja dari luar untuk mendatangkan alat dan bahan kerajinan.

Kelompok usaha IBAYAW sendiri dibentuk pada 2019, yang beranggotakan 15 orang. Dalam kelompok usaha ini, Petronela juga mengajak ibu-ibu, pensiunan perempuan untuk bergabung.

Kelompok usaha IBAYAW hingga kini mampu memproduksi berbagai produk kerajinan tangan.

Misalnya  topi, anting, kalung, gelang, gorden, jepit rambut, vas bunga dan lainnya.

Harga  kerajinan tangan dijual dengan sangat terjangkau, dibanderol mulai dari Rp 10.000 hingga yang termahal hanya Rp.300 ribu untuk produk topi, gorden, dan vas bunga yang besar.

Sejauh ini, kelompok usaha IBAYAW telah mendapatkan bantuan dari dinas sosial, BRI, hingga Pemerintah Desa.

Biasanya, bantuan tidak berupa uang tunai, melainkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

“Kalau dikasih uang digunakan untuk hal lain, kan kalau bahan dan alat bisa tinggal kita gunakan,” ujarnya.

Terkecuali bantuan dari BRI saat itu berupa uang tunai dan digunakan untuk modal kelompok usaha.

Bantuan dari BRI sangat berarti. Karena pada awal mendirikan kelompok usaha bersama, Petronela merogoh kocek dari dompet sendiri.

Baca Juga: BRI Dorong UMKM Papua Manfaatkan Teknologi Digital

Petronela mengungkapkan selama menjalankan kelompok usaha IBAYAW banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya pemasaran.

Untuk memasarkan produk kerajinan tangannya harus menunggu momentum besar seperti festival, atau pameran, maupun acara lainnya.

Sementara penjualan melalui media sosial masih kurang peminat. Alasannya, karena belum ada nama merek bagi produknya, sehingga orang-orang masih ragu. Kabar baiknya, mereka sudah mengurus perizinan usaha saat ini.

Produk kerajinan tangan kelompok usaha IBAYAW sudah dipasarkan keluar Papua.

 Sampah plastik banyak berserakan di Jayapura. Ini akan didaur ulang  oleh UMKM setempat.  Untuk dijadikan aksesori yang akan dibeli para pelancong yang  datang di Jayapura.
Sampah plastik banyak berserakan di Jayapura. Ini akan didaur ulang oleh UMKM setempat. Untuk dijadikan aksesori yang akan dibeli para pelancong yang datang di Jayapura. (Istimewa)


" Pernah dari Jawa ada yang minta dibuatkan topi khas Papua. Teman-teman di Jawa mau pakai aksesoris Papua untuk tampil,” ujarnya.

Baca Juga: Ridwan Rumasukun Plh Gubernur Papua - Berikut Profil

Alhasil, dari menjual produk kerajinan, kelompok usaha IBAYAW mampu mengantongi penghasilan hingga Rp 15 juta ketika ada momen besar.

Diketahui, Petronela merupakan nasabah BRI dengan pinjaman KUR Rp25 juta dan mendapat pembinaan dari BRI.

Keanggotaannya sebagai nasabah BRI, tentu mempermudah kelompok usahanya mendapatkan bantuan dari BRI. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat