unescoworldheritagesites.com

Industrialisasi Tembakau di NTB Terhadang Produksi Perusahaan Papan Atas - News

Gubernur NTB H Zulkieflimansyah (Suara Karya/Hernawardi)

: Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) NTB, Sahmimudin mengaku tidak mudah bagi Pemerintah Daerah untuk mengidustrialisasikan hasil tembakau NTB untuk meningkatkan harga jual yang jauh lebih baik. Alasannya, gempuran produk dari luar yang masuk ke NTB selama ini tidak bisa dibendung.

“Fenomena akhir-akhir ini banyak kita lihat industri hasil tembakau (IHT) khususnya SKT (Sigaret Kretek Tangan). Yang jadi pertanyaan, apakah hasil IHT produk lokal (daerah) mampu membendung produk dari luar yang merupakan produksi perusahaan papan atas, menengah dan bawah,” kata Sahmimudin, Kamis (23/3/2023).

Selain itu ia juga menyebut, dari segi penampilan, merk, rasa, hingga harga, rokok lokal tidak bisa menandingi produk luar. Kalaupun diproduksi berapa persen dari total produksi tembakau daerah bisa terserap untuk produk IHT daerah.

Tembakau Lombok
Tembakau Lombok (News/Hernawardi)

“Malah ke depan jadi pertanyaan penanganan budidaya tembakau di Lombok, mau tidak pelaku IHT di daerah untuk melakukan pembinaan. Menurutnya, suatu produk IHT membutuhkan banyak jenis tembakau. Apakah semua jenis tembakau tersebut sudah bisa di daerah,” ujarnya.

 

Baca Juga: 473,6 Miliar Dana Bagi Hasil Tembakau untuk NTB

Sahmimudin juga mempertanyakan kesiapan Pemerintah Daerah dalam membuat regulasi, serta mendampingi para pelaku industri. Ia mencontohkan, jika total produksi tembakau NTB bisa mencapai 50 ribu ton hingga 60 ribu ton per tahun. Bisakah ada jaminan produsen rokok NTB mampu menyerap 10 ribu ton per tahun. Kemudian sisanya yang 40 ribu ton sampai 50 ribu ton tembakau akan dikemanakan.

 

Baca Juga: PP Pengamanan Zat Adiktif Tembakau Digugat Asosiasi Petani Tembakau

Sebelumnya Gubernur NTB H Zulkieflimansyah menyatakan, NTB merupakan penghasil tembakau terbesar secara nasional. Gubernur berharap makin banyak pengusaha rokok lokal yang berani membangun usaha rokok menjadikan petani tidak lagi menjual bahan baku (tembakau) dengan murah, dan membelinya dengan mahal.

Industrialisasi tembakau untuk pabrik rokok harus bangkit lagi. Industri rokok harus dimulai dengan keberanian, setidaknya agar masyarakat mendapatkan pilihan merk rokok. Terlebih harga rokok yang beredar di pasar kian mahal. Padahal bahan bakunya dari Lombok dibeli murah. Petani tembakau tidak sejahtera jika tembakau hasil panennya dijual murah, dan membeli rokok bermerk dari luar daerah,” demikian Zulkieflimansyah. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat